Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Produsen roti Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk optimistis mampu mengejar penjualan tahun ini. Perusahaan tersebut membidik penjualan Rp 2,25 triliun atau naik 20% ketimbang realisasi penjualan tahun 2014 lalu senilai Rp 1,88 triliun.
Untuk mencapai target, perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham ROTI ini mengandalkan tambahan produksi roti dari dua pabrik anyar yang beroperasi tahun lalu. Dua pabrik anyar ROTI tersebut berpotensi menambah penjualan karena memproduksi roti jenis baru.
Mengacu laporan keuangan ROTI, sampai dengan semester pertama tahun ini, ROTI mencatat penjualan senilai
Rp 1,03 triliun. Angka itu naik 13,61% ketimbang periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 914,64 miliar.
Melihat kinerja penjualan paruh pertama tahun ini, Stephen Orlando, Public Relations Nippon Indosari, optimistis, penjualan mereka mampu naik sebesar 20% tahun ini. Dia menyatakan, ada sejumlah faktor penopang kenaikan penjualan.
Pertama, peningkatan permintaan roti merek Sari Roti. Kedua, kenaikan jumlah konsumen roti seiring dengan kenaikan jumlah kelas menengah baru di Indonesia. Ketiga, ada perubahan selera makan. "Roti kini menjadi salah satu menu sehari-hari untuk sarapan ataupun cemilan," kata Stephen kepada KONTAN, Senin (10/8).
Ia bilang, saat kondisi ekonomi semester I-2015 tak menggembirakan, ROTI berhasil menorehkan kinerja positif. Adapun untuk semester II-2015 ini, Stephen memproyeksikan, angka penjualan ROTI tetap tumbuh. Apalagi, tingkat konsumsi ROTI di Indonesia punya peluang besar untuk tumbuh akibat perubahan gaya hidup terutama di perkotaan.
Nah, pabrik roti yang akan menjadi andalan penjualan ROTI tahun ini berada di Purwakarta dan Cikande Banten. Kedua pabrik ini sudah beroperasi sejak tahun lalu.
Namun, Stephen enggan menyebutkan tambahan produksi roti dari kedua pabrik baru ROTI ini. Yang jelas, saat ini ROTI memiliki 10 unit pabrik dengan kapasitas produksi total lebih dari 4 juta potong roti per hari.
Selain menggenjot produksi dari pabriknya, ROTI akan membuat terobosan guna memikat konsumen dengan produk roti baru. "Sampai semester pertama, kami sudah mengeluarkan roti dorayaki pandan, dorayaki cokelat, minibun vanila. Ke depan ada beberapa produk lainnya yang masih dalam tahap pengembangan," ujar Stephen.
Dalam hal distribusi, ROTI saat ini masih mengandalkan penjualan melalui ritel modern. Menurut Stephen, penjualan melalui ritel modern berkontribusi 75%, dan penjualan melalui perdagangan umum lainnya berkontribusi 25%. Mengacu data paparan publik April 2015 lalu, sampai dengan Februari, ROTI memiliki 54.422 titik distribusi di seluruh Indonesia.
Harga jual stabil
Berdasarkan data yang sama, pendapatan ROTI dari hasil penjualan roti seharga di kisaran antara Rp 5.000-Rp 9.999, menopang sekitar 36% dari total pendapatannya. Sedangkan pendapatan dari roti yang dijual di harga
Rp 5.000 ke bawah, berkontribusi 33% dari total pendapatannya. Adapun kontribusi dari harga roti yang dijual di kisaran Rp 10.000-Rp 17.000 per roti, menyumbang 31% dari total pendapatan perusahaan.
Stephen menambahkan, untuk meningkatkan penjualan ini, manajemen ROTI masih mempertahankan harga jual. Begitu juga di semester kedua tahun ini, manajemen ROTI belum punya keinginan untuk menaikkan harga jual.
Demi melancarkan rencana bisnis ROTI sepanjang tahun ini, manajemen perusahaan tersebut menganggarkan belanja modal senilai Rp 350 miliar. Sampai dengan semester pertama tahun 2015, belanja modal yang sudah terserap baru mencapai 27%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News