Sumber: Antara | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Satuan Tugas Percepatan Dwelling Time optimistis menurunkan waktu inap barang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada akhir 2015.
"Surat keputusannya sudah ditandatangani dan saya ditunjuk sebagai ketua, dan ditargetkan sampai akhir tahun ini," kata Kepala Satgas Percepatan Dwelling Time Agung Kuswandono saat ditemui di sela-sela diskusi Jalur Angkutan Kereta Api Barang dari Cikarang Dry Port menuju Pelabuhan Tanjung Priok di Cikarang, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan, salah satu upaya memangkas dwelling time, yakni dengan mengoperasikan KA barang dari Cikarang Dry Port (CDP) ke Pelabuhan Tanjung Priok.
"Salah satu langkah membuat kereta api Cikarang Dry Port (CDP) ke Tanjung Priok. Apalagi kalau KA diberikan izin langsung masuk ke dermaga, otomatis banyak kontainer yang masuk ke CDP, sehingga dwelling time akan turun," katanya.
Dia mengatakan, apabila KA barang tersebut sudah beroperasi, pihaknya optimistis dwelling time akan turun hingga ke angka 2,5 hari yang saat ini masih lima hari.
Menurut dia, dengan dioperasikannya KA barang yang menghubungkan dua pelabuhan tersebut, CDP yang sudah ada sejak 2007, bisa berkembang.
"Sebetulnya, kalau turunnya (dwelling time) gampang, kalau keretanya sudah diberesi. Tapi, masalah krusialnya CDP ini sudah dibangun pada 2007, ternyata dengan Pelindo II tidak terjadi hubungan yang baik," katanya.
Agung mengatakan, proyek KA barang tersebut ditargetkan selesai dalam waktu enam bulan, jadi diharapkan masyarakat di sekitar Jababeka bisa beralih ke CDP.
Terkait akan dibangun juga kanal Cikarang Bekasi Laut pada November mendatang oleh PT Pelabuhan Indonesia II, dia menilai kereta masih menjadi pilihan masyarakat karena dinilai lebih cepat. "Kita pilih yang cepat dan realistis," katanya.
Dalam upaya percepatan dwelling time tersebut, dia mengatakan tidak memasukan operator, dalam hal ini PT Pelindo II ke dalam satgas untuk menjamin independensi.
Dia menilai tanpa operator yang turut campur bisa memuluskan upaya dwelling time tersebut karena terlepas dari kepentingan.
"Ternyata kontainer yang menumpuk di Priok itu jadi sumber pendapatannya. Jadi mereka tidak senang kalau ada kereta, pendapatannya jadi ke CDP. Mau pendek atau panjang (dwelling time) yang diprioritaskan bagi mereka hanya bisnis," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli membentuk satuan tugas (task force) untuk dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok.
Rizal menambahkan, pihaknya tidak akan menyerahkan otoritas pelabuhan kepada pihak swasta, dalam hal ini PT Pelindo II (Persero), lantaran dikhawatirkan ada kepentingan tersendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News