kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sawit sama pentingnya dengan Airbus


Sabtu, 07 Juni 2014 / 10:28 WIB
Sawit sama pentingnya dengan Airbus
ILUSTRASI. Ilustrasi Asuransi Kesehatan.


Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Dalam kunjungan kerja ke London, Inggris pada (4/6), Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, berkesempatan menyampaikan pandangannya pada pertemuan tahunan European Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO). Dihadiri oleh lebih dari 100 anggota RSPO, Bayu mengatakan bahwa minyak sawit sangat penting bagi Indonesia, seperti juga Airbus bagi Perancis.

“Minyak sawit bagi Indonesia tidak hanya penting bagi perekonomian nasional, namun menjadi sarana pula bagi pengentasan kemiskinan, pembangunan pedesaan dan sumber mata pencaharian bagi petani,” katanya, dalam siaran persnya, Jumat (6/6). Sebagai produsen dan eksportir terbesar minyak sawit dunia, sawit sangat penting bagi Indonesia. Selain menganalogikan dengan Airbus, dia juga menganalogikan pentingnya sawit sama halnya dengan industri otomotif di Jerman, atau jasa keuangan di Inggris. 

RSPO, merupakan salah satu jenis dari beragam sertifikasi minyak sawit yang keberterimaannya paling tinggi di pasar ekspor. Walaupun demikian tercatat baru 16% dari produksi minyak sawit dunia memiliki sertifikasi RSPO. “Dari 9,7 juta ton minyak sawit yang bersertifikasi RSPO, Indonesia menyumbang sekitar 48% atau 4,6 juta ton produksi minyak sawit bersertifikasi (certified sustainable palm oil/CSPO) RSPO," jelasnya.

RSPO bersifat sukarela. Untuk mendukung komitmen Indonesia terhadap produksi minyak sawit berkelanjutan, maka diimplementasikan regulasi yang mewajibkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia untuk memiliki sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) paling lambat 2014. “Melalui ISPO, target jangka menengah Indonesia untuk dapat mengekspor 100% produksi CSPO diyakini dapat dicapai dalam jangka pendek," ungkap Bayu. Harapannya ISPO-RSPO saling mendukung karena tujuannya sama.

Konvergensi antara ISPO RSPO dimungkinkan karena hanya 11% dari indikator ISPO yang belum tercakup dalam RSPO, sedangkan sekitar 25% dari indikator RSPO yang belum tercakup dalam ISPO. Berlandaskan pada kesamaan yang cukup banyak itu, diharapkan agar produk yang telah memenuhi persyaratan ISPO juga dapat memenuhi persyaratan RSPO tanpa harus mengulang proses sertifikasi dari awal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×