Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten kosmetik Martha Tilaar Grup atau PT Martina Berto Tbk (MBTO) mengatakan sistem bisnis Manufacturing on Contract (maklon) cukup menjanjikan untuk saat ini.
CEO of Martha Tilaar Group dan heads Corporate Creative and Innovative Martha Tilaar Group Kilala Tilaar mengatakan bahwa perkembangan jumlah perusahaan di bidang kosmetik meningkat tajam, salah satunya adalah karena pengaruh digitalisasi.
"Dulu di tahun 80-90an pemain atau brand (kosmetik) itu hanya 50-an. Kemudian 2010 jadi sekitar 400-an dan 4 tahun lalu itu meningkat drastis hingga 1.000-an. Salah satunya memang karena ada internet yang membuka ceruk pasar, karena bisa direct ke konsumen," ungkap Kilala saat ditemui Kontan, di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (13/6).
Dengan meningkatnya jumlah produsen kosmetik dan beauty care lainnya, namun masih memiliki kendala terhadap pembangunan pabrik membuat Martha Tilaar Group menurutnya harus segera mengambil peluang bisnis.
Baca Juga: Martina Berto (MBTO) Optimistis Prospek Bisnis Kosmetik Masih Cerah Tahun Ini
"Jadi kita dukung dengan adanya pabrik-pabrik semacam kita ini ya, menawarkan Manufacturing on Contract atau Maklon, jadi orang gak perlu punya pabrik bisa membuat produk mereka, mereka tinggal fokus jualan aja," tambah Kilala.
Direktur Utama Martina Berto Bryan David Emil Tilaar menambahkan, kontribusi pendapatan dari sektor Maklon yang dipegang oleh anak usaha mereka, PT Cedefindo kepada total pendapatan MBTO memang cukup besar.
"Peningkatan bisnis kita banyak dibantu oleh performanya oleh Cedefindo, dari sejak pandemi Covid-19. Cedefindo ini besar kontribusinya, dari total pendapatan MBTO, itu 50% ada sumbangannya. Itu yang kita genjot terus," jelas Bryan.
Kilala menambahkan, perkembangan produsen cosmetik dan beauty care lainnya ini justru menjadi signal positif bahwa industri dalam negeri berkembang dengan baik.
"Sebenarnya bagus karena kalau pemain cuma beberapa, dunianya (kosmetik dan beuty care) gak berkembang. Contohnya kalau di Vietnam, cuma ada sekitar 10 brand, yang besar. Kalau di Thailand udah cukup banyak tapi yang benar-benar besar juga masih sedikit dan base-nya malah banyak di China," ungkap Kilala.
Sebagai tambahan informasi, di tahun 2024, MBTO menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) berkisar Rp 9 miliar. Adapun alokasi dari Capex tersebut bakal digunakan untuk kegiatan manfuacturing.
Sedangkan untuk target penjualan bersih MBTO mencapai Rp 599 miliar atau meningkat hingga 20% dibanding tahun 2023 dengan laba bersih kurang lebih Rp 15 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News