kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Sektor manufaktur masih bisa tumbuh di era Menteri Airlangga, benarkah demikian?


Selasa, 15 Oktober 2019 / 08:55 WIB
Sektor manufaktur masih bisa tumbuh di era Menteri Airlangga, benarkah demikian?


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Kementerian Perindustrian di bawah Airlangga Hartarto cukup positif. Buktinya, sektor manufaktur di Indonesia cenderung tumbuh di saat terjadi perlambatan di sejumlah negara. Baik Asia, Eropa, maupun Amerika.

Laporan yang dirilis United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), menyebutkan, sektor manufaktur global melambat akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Berdasarkan data UNIDO, pada kuartal I-2019, tingkat pertumbuhan manufaktur dari negara-negara industri hanya sekitar 0,4% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Baca Juga: Kementerian Ekonomi: Ekonomi Jerman melambat, bukan resesi

Pertumbuhan sektor industri yang negatif di beberapa negara Asia, antara lain adalah Taiwan -3,7%, Korea Selatan -1,7%, Jepang -1,1%, dan Singapura -0,3%.Namun, di antara negara Asia lainnya tersebut, pertumbuhan justru meningkat di Indonesia dan Vietnam yang masing-masing sebesar 5,1% dan 4,1%.

Achmad Sigit Dwiwahjono, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian menjelaskan, Indonesia sedang mengakselerasi industri manufaktur nasional dengan terus melakukan inovasi melalui pemanfaatan teknologi modern dan kegiatan litbang. Hal ini diyakini juga dapat memacu produktivitas.

Langkah lain, menghapus regulasi-regulasi yang dinilai menghambat peningkatan daya saing industri di dalam negeri. Kemenperin sedang finalisasi penghapusan 18 regulasi dan penyederhanaan 6 regulasi.

Baca Juga: CORE prediksi neraca perdagangan masih surplus meski kinerja ekspor menurun

Aturan-aturan yang akan dihapus dan direvisi tersebut, terutama terkait dengan persediaan bahan baku. Juga menyiapkan beberapa insentif seperti fasilitas tax allowance dan tax holiday untuk mendorong pertumbuhan industri.

Namun, pengamat mengingatkan Kemenperin masih perlu kerja keras untuk lebih mengakselerasi kinerja sektor manufaktur.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finanance (Indef) Ucok Pulungan, menilai, Kemenperin perlu terus bekerja keras agar industri dalam negeri terus bisa menyediakan bahan baku dan tidak bergantung pada impor. Sektor manufaktur dalam negeri perlu terus didorong.

"Beberapa masalah yang belum terselesaikan misalnya ketergantungan terhadap bahan baku, bahan penolong dari impor, KEK yang  belum berjalan maksimal, serta paket-paket kebijakan yang belum terasa bagi industri," ujar Uchok dalam keterangannya, Senin (14/10).

Karena itu, pada pemerintahan periode kedua, Kemenperin harus bekerja keras mendorong industri manufaktur, supaya dari sisi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan PDB bisa semakin besar.

Baca Juga: Manufaktur Amerika sedang sakit, dan perang dagang hanya salah satu faktornya

Stimulus fiskal dan non fiskal sama-sama penting dilakukan pemerintah untuk terus mendorong industri manufaktur di Indonesia. Kuncinya, ada pada stimulus yang spesifik dan berorientasi pada ekspor.

Uchok mengingatkan, saat ini yang masih tumbuh membaik industri berbasis konsumen seperti makanan minuman, komunikasi dan otomotif. Karena itu, ia menyarankan agar pemerintah juga mulai untuk fokus pada sektor industri yang berbasis bahan baku domestik.

"Seperti hilirisasi komoditas mentah, sehingga nilai tambahnya srmakin tinggi" ujar Uchok.

Sementara ekonom CORE Piter Abdullah menambahkan, pertumbuhan industri manufaktur Indonesia memang masih positif dan relatif stabil di kisaran 5% karena industri manufaktur dalam ngeri tidak sepenuhnya berorientasi ekspor dan pasarnya tidak banyak terganggu oleh dinamika global.

Namun, kata Piter, pemerintah terutama Kemenperin perlu terus berupaya  melindungi industri dalam negeri terkait masuknya barang pesaing dari luar negeri, dan memastikan kepastian tersedianya barang-barang input untuk setiap industri.

Baca Juga: Duh, Perlambatan China Makin Menekan Ekonomi RI premium

Kemenperin mencatat, PDB dari sektor manufaktur Indonesia mencapai Rp565 triliun pada kuartal II/2019, meningkat dibanding perolehan di kuartal I/2019 yang sebesar Rp555 triliun.

Capaian kuartal kedua tersebut tertinggi, karena rata-rata PDB manufaktur Indonesia per kuartal adalah sekitar Rp468 triliun dari periode 2010-2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×