kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45937,59   9,24   0.99%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selamat datang F1, duitnya masih nanti


Senin, 21 Maret 2016 / 17:31 WIB
Selamat datang F1, duitnya masih nanti


Reporter: Andri Indradie, Silvana Maya Pratiwi , Tedy Gumilar | Editor: Andri Indradie

Kala Soekarno memerintah, presiden pertama Indonesia itu membangun banyak proyek mercusuar. Tugu Monumen Nasional (Monas), Gedung Sarinah, Hotel Indonesia, dan berbagai patung yang menghiasi Ibukota Jakarta dibangun untuk  menarik perhatian dunia.

Dalam buku biografinya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams, Soekarno menyebut, kebijakannya bukan hal yang sia-sia. Sang Proklamator menyebut, ia harus membuat bangsa Indonesia bangga terhadap dirinya sendiri. Sebab, bangsa ini sudah terlalu lama kehilangan harga diri.

Dalam konteks kekinian, proyek mercusuar tak semata berbentuk gedung dan monumen, tetapi juga orang. Ya, pembalap Rio Haryanto telah menjelma menjadi mercusuar yang menarik mata dunia tertuju ke Indonesia setelah Manor Racing menggandengnya jadi pembalap F1 untuk musim 2016.

Keberhasilan Rio duduk di kursi pengemudi tim Manor Racing menjadikan anak muda asal Solo, Jawa Tengah, itu sebagai orang Indonesia pertama yang bersaing di adu cepat jet darat. Entah kapan lagi, prestasinya disamai orang Indonesia yang lain. Mungkin, setelah ini Sean Gelael yang berpeluang merasakan kursi F1 dalam kompetisi resmi. Sebab, selain Rio yang sudah mengantongi lisensi sebagai pembalap F1 sejak 2012, anak pengusaha Ricardo Gelael itu juga sudah mengantongi lisensi serupa.

Perjalanan karier Rio panjang dan tak mudah. Ia mengasah kemampuan sejak usia dini, 6 tahun. Namun balapan, apalagi F1, bukan cuma soal bakat. Ini adalah olahraga paling mahal di dunia. Rio musti menyetor mahar € 15 juta ke Manor.

Indradjit Sardjono menyebut, Formula 1 berarti rumus untuk menjadi nomor 1. Yang menjadi penyusun rumus juara itu bukan cuma bakat si pembalap. “Manajemen dan supplier part harus bagus. Uangnya harus banyak untuk mengakselerasi setiap part sehingga bisa menang,” ujar mantan Chairman Lamborghini Engineering, perusahaan yang membangun mesin mobil F1.

Untuk musim 2015, misalnya, Red Bull Racing merogoh kocek hingga € 468,7 juta. Mercedes, McLaren Honda, dan Ferrari juga menghabiskan dana di atas € 400 juta. Sementara Manor yang dibela Rio, tahun lalu paling irit, lantaran “cuma” mengeluarkan dana € 83 juta.

Indradjit yang juga mantan pembalap menyebut, cara yang ditempuh Rio juga lazim ditempuh pembalap lain. Pembalap Malaysia, Alex Yoong, dan pembalap India, Narain Karthikeyan, harus membayar agar bisa masuk ke tim F1. Fernando Alonso juga merintis kariernya dari tim papan bawah, Minardi, sebelum bisa meraih gelar juara dunia.

Dengan begitu, Indradjit berharap, sponsor dan masyarakat Indonesia tidak perlu mematok harapan terlalu tinggi terhadap Rio. Menurutnya, yang harus dilakukan Rio adalah mengalahkan teman setimnya, Pascal Wehrlein. Dengan performa mobil yang sama, mengalahkan Pascal akan menunjukkan bakatnya pada masyarakat Indonesia dan tim papan tengah dan papan atas.

“Jangan euforia dan jangan kasih tekanan ke Rio,” kata Indradjit.

Pontang-panting

Namun sembari berproses di lintasan balap, mahar untuk Manor tetap harus dibayar. Dan, untuk pertama kalinya, kata Gatot S. Dewobroto, Rio meminta bantuan ke pemerintah setelah bertahun-tahun panjang mengusahakan sendiri dana bagi Rio di lintasan balap.

Deputi Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kempora) itu berkisah, sekitar November 2015, ibu Rio, Indah Pennywati, menyambangi Kempora. Indah yang juga manajer Rio meminta bantuan dana € 15 juta supaya anaknya bisa berlaga di F1. Dana itu sebagai mahar kepada Manor Racing yang berminat merekrut Rio sebagai pembalapnya.

Kempora langsung merespon kesempatan yang dimiliki Rio. Pencapaiannya di dunia balap sudah terbukti dan peluang yang mungkin tak akan datang lagi dalam waktu dekat, terlalu sayang untuk dilewatkan. “Rio ini, kan, belum pernah 'ganggu' pemerintah. Selama ini self-finance dan dari sponsor,” kata Gatot.

Cuma sayangnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sudah diketok palu sejak Oktober 2015. Pembahasan revisi APBN Perubahan 2016 baru dimulai bulan Maret. Dus, perusahaan negara jadi sandaran. Pertamina yang sejak 2010 menjadi sponsor kembali menyatakan kesiapannya mendanai Rio. Perusahaan minyak itu menyiapkan dana € 5 juta untuk Rio berlaga di F1.

Wianda Pusponegoro, Vice President Communications Pertamina, menyebut, sepanjang 2010–2015, Rio membuktikan sponsorship yang diberikan Pertamina dibalas dengan prestasi. “Waktu di GP3, dia finish di rata-rata peringkat 5. Waktu di GP2, dia rata-rata finish di peringkat 4. Dia juga naik podium berulang kali baik di GP3 maupun GP2,” kata Wianda.

Sebagai uang muka mendahului kucuran dari Pertamina, manajemen Rio membayar € 3 juta ke Manor. Kabar menyebut, sumber dananya berasal dari pinjaman perbankan.

Ketua Komisi X DPR RI Teuku Riefky Harsya mengamini hal ini. “Dari keluarga (Rio) menyerahkan aset keluarga (sebagai jaminan pinjaman),” kata Riefky.

Hingga tulisan ini diturunkan, KONTAN belum berhasil mengonfirmasi ke manajemen Rio yang tengah berada di Barcelona, Spanyol.

Sokongan dana yang dibutuhkan jelas masih kurang sehingga Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut digandeng. Singkat cerita, Kementerian BUMN menginisiasi dua kali gathering dengan bos perusahaan milik negara di sebuah hotel di Jakarta. Pertama, pada 22 Desember 2016. Namun, pertemuan ini gagal digelar lantaran direksi-direksi BUMN sulit dikumpulkan di masa liburan akhir tahun.

Pertemuan kedua direncanakan berlangsung 14 Januari 2016. Undangan lebih dulu disebar. “Yang komitmen hadir hanya beberapa orang. Alasannya, ya, karena bos-bos ini mungkin juga mungkin masih ada kesibukan di awal tahun. Dan kedua, mungkin karena ada peristiwa bom Thamrin,” ujar Gatot. Pertemuan kedua ini akhirnya kembali dibatalkan.

Lantaran terus diburu waktu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, pada minggu ketiga Januari menginisiasi Memorandum of Understanding (MoU) antara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dengan manajemen Rio, Kiki Sport. Intinya, Kempora akan menggelontorkan dana kepada Rio melalui KONI. Jumlahnya sebesar Rp 100 miliar.

Namun, upaya ini akhirnya kandas. Komisi X DPR RI menyebut, Kempora tak bisa menyalurkan dana sebesar itu tanpa melalui pembahasan di APBN. Riefky memastikan, DPR mendukung Rio maju ke F1 karena membawa nama baik bangsa. “Kita butuh isu yang membangkitkan bangsa ini. Cuma, kalau seperti yang sudah-sudah membicarakan sesuatu di luar mekanisme APBN, ya, enggak akan bisa,” tandas Riefky.

Sinyal positif dari Senayan disambut Kempora. Bantuan untuk Rio bakal dibahas dalam revisi APBN-P 2016. Cuma, usulan nilai bantuannya menciut menjadi Rp 50 miliar. “Resistensi, kan, tinggi, nanti protes kenapa hanya untuk Rio. Tapi pemerintah sudah komit bahwa Rio harus dibantu. Jalan tengahnya, ya, segitu,” terang Gatot.

Rio sudah mendapatkan komitmen akan membalap hingga akhir musim 2016. Namun nasib sisa dana yang harus disetor ke tim yang berbasis di Inggris itu masih samar-samar. Deadline-nya akhir Mei 2016. Sejumlah pengusaha disebut-sebut akan membantu Rio. Namun, juga belum jelas benar siapa yang sungguh berkomitmen.

Bantuan yang konkret sementara ini baru Gerakan 5.000 Untuk Rio Haryanto yang digagas pengusaha dan mantan pembalap Alex Asmasoebrata. Gerakan ini mirip “Koin Untuk Prita”, cuma kali ini nominalnya minimal Rp 5.000 yang bisa disalurkan lewat rekening BCA atas nama Alex.

Pertimbangan perusahaan mengeluarkan duit jutaan euro tentulah panjang. “Tapi jangan lupa bahwa Manor itu tim papan bawah. Mudah-mudahan dukungannya murni untuk Indonesia,” kata Indradjit.

Bukan apa-apa. Ini bicara soal promosi tentang Indonesia, tangkapan kamera televisi lazimnya banyak dialokasikan bagi pembalap di posisi teratas. Jadi, efek promosi bagi para sponsor mereka juga lebih maksimal. Sementara tim papan bawah secara logis berat masuk di urutan terdepan, sehingga juga lebih jarang mendapat sorotan kamera televisi.

Nah, untuk Indonesia, siapa yang mau bantu?

SUMBER: Laporan Utama Tabloid KONTAN Mimpi Bisnis Olahraga Indonesia, Edisi 29 Februari – 6 Maret 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×