kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semakin diminati, ada 1.580 pengguna PLTS Atap di Indonesia hingga akhir tahun lalu


Rabu, 26 Februari 2020 / 18:30 WIB
Semakin diminati, ada 1.580 pengguna PLTS Atap di Indonesia hingga akhir tahun lalu
ILUSTRASI. Petugas melakukan perawatan panel surya di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (31/7/2019). Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop alias PLTS Atap di Indonesia masih tertinggal. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dibanding dengan sejumlah negara lain, penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop alias PLTS Atap di Indonesia masih tertinggal. Kendati begitu, pemakaian PLTS Atap semakin diminati. Hal itu terlihat dari jumlah PLTS Atap terpasang yang naik cukup signifikan baik secara bulanan maupun tahunan.

Kasubdit Keteknikan dan Lingkungan Aneka EBT Kementerian ESDM Martha Relitha Sibarani memaparkan, penggunaan PLTS Atap terus bertambah hingga mencapai 1.580 pelanggan hingga Desember 2019. Ia menerangkan, pada Januari 2018 jumlah pengguna PLTS Atap baru 351 pelanggan, lalu meningkat menjadi 609 pelanggan hingga akhir 2018. Artinya, secara tahunan jumlah pengguna PLTA Atap meningkat lebih dari dua kali lipat.

Baca Juga: Konsumsi listrik di China berpotensi turun akibat corona, ini kata emiten batubara

"Kalau melihat perkembangan di dunia, kita memang ketinggalan. Namun penggunaan energi surya atap ini kita lihat tumbuh signifikan," kata Martha dalam acara Customer Sharing Session manfaat PLTS Atap bagi pelaku industri dan bisnis, Rabu (26/2).

Martha merinci, dilihat dari sebaran wilayah, Jakarta Raya masih mendominasi dengan 516 pengguna, disusul oleh Jawa Barat dengan 397 pengguna dan Banten dengan 395 pengguna PLTS Atap. Adapun, total kapasitas terpasang PLTS Atap berjumlah 4.929,81 Kilowatt peak (kWp) atau sekitar 4,92 Megawatt (MW).

Sementara itu, dilihat dari golongan/tarif pelanggan PT PLN (Persero), pemakaian PLTS Atap terbanyak berasal dari golongan rumah tangga dengan 1.404 pelanggan dan sektor bisnis sebanyak 120 pelanggan. Selanjutnya, fasilitas pemerintah yang sudah memakai PLTS Atap berjumlah 34 pengguna dan fasilitas sosial sebanyak 18. Sedangkan dari sektor industri baru ada 4 pelanggan yang memakai PLTS Atap.

Martha tak menampik, salah satu penyebab penggunaan PLTS Atap yang masih mini di sektor industri terjadi lantaran kurang menariknya pengenaan biaya kapasitas (capacity charge). Namun, sejak akhir tahun lalu, pengenaan biaya kapasitas itu telah diubah, dengan rumusan: kapasitas total inverter (kW) x 5 jam x tarif tenaga listrik.

Baca Juga: Lewat anak usahanya, Indika Energy (INDY) mulai ekspansi tambang emas Awak Mas

"Industri salah satu kendalanya capacity charge, dan itu Permen (Peraturan Menteri ESDM) baru keluar akhir tahun lalu, mereka baru merasakan," sambungnya.

Martha mengklaim, pihaknya akan terus mendorong penggunaan PLTS Atap sembari mencermati perkembangannya. Ia bilang, pemerintah akan melihat kendala-kendala apa saja yang menghambat pemakaian PLTS Atap, dan solusi alternatif apa yang bisa diberikan. Termasuk dengan mengubah regulasi jika diperlukan.

Martha menggambarkan, pada November 2018 lalu pihaknya telah menerbitkan Permen ESDM Nomor 49 Tahun 2018 tentang penggunaan sistem PLTS Atap oleh konsumen PT PLN (Persero). Dengan mempertimbangkan sejumlah masukan, kata Martha, beleid tersebut kemudian diubah dua kali dalam Permen ESDM Nomor 13 Tahun 2019 dan Permen ESDM Nomor 16 Tahun 2019.

"Kami melihat dulu kendalanya seperti apa, apa yang bisa kami pertimbangan. Ada beberapa hal yang kami lakukan untuk meningkatkan pemanfaatan PLTS Atap," sebutnya.

Baca Juga: PLN: 1.790 gardu terdampak banjir kembali menyala




TERBARU

[X]
×