kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semakin Tinggi, Pemanfaatan Biofuel Diprediksi Capai 13,9 Juta KL di 2025


Selasa, 27 Februari 2024 / 11:40 WIB
Semakin Tinggi, Pemanfaatan Biofuel Diprediksi Capai 13,9 Juta KL di 2025
ILUSTRASI. kuota Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel diprediksi capai 13,9 juta Kiloliter (KL) di tahun 2025


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengemukakan kuota Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel akan semakin tinggi di 2025, diprediksi sebanyak 13,9 juta Kiloliter (KL). 

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo menjelaskan, kuota 13,9 juta KL di 2025 mencakup biodiesel, bioethanol, dan BBN lain. Target alokasi ini tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). 

“Namun selama ini kan realisasinya melebihi target RUEN, jadi kami harapkan targetnya demikian,” jelasnya ditemui di sela acara Seminar Tantangan Industri Bioenergi di Jakarta, Selasa (27/2). 

Sebagai gambaran, di sepanjang 2023 RUEN menetapkan alokasi biofuel senilai 11,2 juta KL. Menurut data ESDM, realisasinya pemanfaatan biofuel nasional mencapai 12,2 juta KL. 

Baca Juga: Pertalite Belum Akan Dihapus di Tahun 2024, Ini Alasannya

Nah di 2024, Kementerian ESDM juga turut menetapkan target yang lebih tinggi dari RUEN. Di dalam RUEN menetapkan alokasi biofuel sebesar 12,5 juta KL, sedangkan pemerintah mengalokasikan 13,4 juta KL. 

Jika dibandingkan gambaran target biofuel dalam RUEN sebanyak 13,9 juta KL di 2025 dengan alokasi biofuel di 2024 sebanyak 13,4 juta KL, artinya ada pertumbuhan 3% year on year (YoY) di tahun depan. 

Edi yakin target tersebut bisa tercapai untuk meningkatkan peran bioenergi dalam bauran Energi Baru Terbarukan (EBT). Saat ini kontribusi bahan bakar organik ini cukup besar yakni hampir 7,7%. 

Namun persisnya, lanjut Edi, alokasi biofuel di tahun depan bisa saja berbeda karena tergantung Direktorat Jenderal (Ditjen) Migas Kementerian ESDM. 

Kebutuhan biofuel bisa dikatakan bersifat dinamis. Misalnya saja saat ini pemanfaatan bioetanol yakni Pertamax Green 95 rencananya akan ditingkatkan dengan memperluas penjualannya tidak hanya di 15 SPBU. 

Lantas setelah data tersebut siap dari Ditjen Migas, kemudian Ditjen EBTKE akan menggunakannya sebagai acuan untuk menetapkan kuota biofuel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×