Reporter: Handoyo, Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Kinerja ekspor nonmigas pada semester pertama tahun ini bakal suram. Pasalnya harga beberapa produk komoditas perkebunan andalan ekspor seperti kopi dan teh turun cukup siginfikan sepanjang semester pertama tahun ini.
Pranoto Soenarto, Ketua Kompartemen Industri dan Kopi Spesialti Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) bilang, rata-rata semester pertama ini, harga kopi jenis robusta dihargai US$ 2.000 per ton. Padahal periode yang sama tahun lalu harga kopi jenis ini di kisaran US$ 2.200 per ton. Dengan demikian ada penurunan sekitar 9%.
Harga kopi arabika di paruh pertama tahun ini juga turun, bahkan lebih tajam, dari US$1,7 per pound tahun lalu menjadi hanya sekitar US$ 1,3-1,4 per pound, atau paling tidak turun 17,6%. "Kita sebagai pelaku sangat kesal, petani juga yang kasihan," kata Pranoto.
Penurunan tersebut juga dirasakan petani. Selama semester pertama, harga jual kopi robusta di petani hanya sekitar Rp 19.000 per kilogram (kg) dan kopi arabika Rp 23.000 per kg. Idealnya, harga kopi robusta di petani Rp 20.000 per kg dan kopi arabika sebesar Rp 39.000 per kg.
Di semester kedua ini, Pranoto meramalkan harga kopi akan perlahan kembali naik karena pada enam bulan pertama sudah mencapai titik terendah. "Ini karena ulah spekulan," kata Pranoto.
Sementara itu harga teh relatif tetap. Pada semester pertama tahun ini, harga rata-rata teh berada di kisaran Rp 1.800 per kg hingga Rp 2.300 per kg tergantung kualitasnya. Pada semester kedua, harga teh diproyeksi tidak ada perubahan. "Harga jual teh saat ini sebenarnya tidak cukup menguntungkan bagi petani," kata Endang Sopari, Wakil Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo) Jawa Barat.
Komoditas perkebunan lainnya, gula juga ikut turun harga. Meski di tingkat retail mengalami kenaikan harga tetapi harga lelang gula justru tumbang. Soemitro Samadikoen Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) bilang harga lelang gula pada awal giling tahun ini yang jatuh pada sekitar bulan Juni lalu mencapai Rp 10.200 per kg, namun memasuki bulan Juli ini harga turun 4,4% menjadi Rp 9.750 per kg.
"Rata-rata harga lelang gula tahun lalu diatas Rp 10.000 per kg," kata Soemitro.
Kondisi ini ditambah dengan ongkos tebang angkut tebu naik. Petani tebu makin terjepit. Tahun lalu biaya tebang angkut tebu sebesar Rp 9.000 per kg. Pada 2013 naik menjadi Rp 13.000 per kg.
Tembakau, jagung naik
Meski banyak komoditas perkebunan yang harganya anjlok, terdapat komoditas perkebunan lainnya yang mengalami kenaikan harga, yakni tembakau. Pada 2012, harga tembakau berkisar Rp 60.000 per kg. Pada tahun ini harga tembakau naik menjadi Rp 90.000 per kg. "Dengan catatan cuaca akan membaik saat panen raya nanti," kata Budidoyo, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI).
Berbeda dengan kopi dan teh, harga beberapa komoditas pertanian justru mengalami kenaikkan. Sampai akhir tahun, harga jagung diproyeksikan Rp 3.800 per kg. Tahun lalu, harga jagung hanya Rp 3.300 per kg.
Selain jagung, harga kedelai terkerek naik. Di semester pertama 2013, harga kedelai antara Rp 6.000 hingga Rp 6.500 per kg. Tahun lalu harga kedelai masih Rp 5.000 per kg. "Per juni menuju Juli, harga naik menjadi Rp 7.600 per kg," kata Aip Syarifuddin, Ketua umum Induk Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia.
Menurut Aip, penyebabnya adalah Perum Bulog belum merealisasikan penyerapan kedelai. "Harga kedelai masih ditentukan oleh pasar terutama pengijon dan pedagang," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News