Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Kontak Tani Nelayan Indonesia (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, petani mengalami kesulitan menjual gabahnya saat ini. Hal tersebut dikarenakan serapan beras Perum Bulog yang cukup kecil.
Hal ini pun menyebabkan harga gabah di tingkat petani tertekan. Menurut Winarno, harga gabah di tingkat petani dengan kadar air 16% dijual sekitar 4.000 per kg. Padahal, seharusnya harga gabah sekitar Rp 4.400 hingga Rp 4.500 per kg.
"Perkembangan harga gabahnya masih belum terangkat. Bulog kan gudangnya penuh, nyerap-nya belum maksimal," ujar Winarno kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).
Winarno, mengakui, petani dapat menjual gabahnya ke penggilingan beras. Tetapi, meski serapan gabah oleh penggilingan beras pun tak terlalu besar. Meski serapan Bulog hanya sekitar 8% hingga 9% di seluruh Indonesia, tetapi Bulog dianggap memiliki peran dalam menentukan harga.
Mengingat serapan beras Bulog yang belum maksimal, saat masa produksi gabah/beras sedang tinggi, Winarno pun mengaku banyak petani yang menahan gabahnya.
Terkait serapan gabah/beras Bulog yang rendah, Winarno pun menyadari hal disebabkan oleh penyaluran beras Bulog yang tak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Apalagi, semenjak sistem rastra diubah menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), outlet penyaluran beras Bulog semakin berkurang.
Supaya gabah/beras petani terserap, Winarno pun meminta supaya pemerintah kembali memberlakukan rastra atau menyalurkan beras Bulog kepada Aparatur Sipil Negara (ASN).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News