kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,77   12,46   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serukan hasil laut ramah tangkap, Fish n Blues ingin masuki 100 hotel dan restoran


Minggu, 16 Februari 2020 / 21:12 WIB
Serukan hasil laut ramah tangkap, Fish n Blues ingin masuki 100 hotel dan restoran
ILUSTRASI. Fish n Blues


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjaga lingkungan tak hanya berlaku di daratan saja. Lautan menjadi kawasan yang saat ini sudah banyak organisasi ataupun komunitas yang menyerukannya. Menjaga kelangsungan ekosistem laut juga menjadi cara untuk keberlangsungan generasi mendatang.

Dari segi perikanan, sudah bergerak para nelayan yang menggunakan alat tangkap ramah lingkungan dalam mencari hasil laut. Lantas setelah mereka sudah mulai menjaga lingkungan bagaimana cara mengapresiasinya?

Dari masalah itulah Sudarsono mulai tergerak mendirikan Fish n Blues yang tergolong dalam sociopreneur dalam apresiasi hasil tangkap ramah lingkungan para nelayan di Indonesia.

Baca Juga: Wisata edukasi akuarium laut, berikut harga tiket masuk Sea World

"Sekitar 2013 saya rintis Fish n Blues ini. Saya lihat bahwa mereka setelah berubah mau dijual kemana. Masa sih harganya sama kayak orang-orang yang menangkap ikan tidak ramah lingkungan, misalnya pakai potas dan bom. Terus apa bedanya dengan mereka, Harus ada apresiasi buat nelayan yang jaga lingkungan," jelas Sudarsono Founder Fish n Blues saat dihubungi KONTAN pada Sabtu (15/2).

Fish n Blues memperoleh produk hasil laut ramah tangkap dari wilayah binaan WWF. Aceh, Sulawesi, Jawa Tengah, Maluku jadi lokasi Fish Blues dapatkan produk hasil laut dari para nelayan di sana.

WWF adalah organisasi atau yayasan non-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan.

Kini produk Fish n Blues tak hanya seputar hasil laut saja namun juga sudah rambah hasil budidaya. Sudarsono menerangkan usaha yang pertemukan konsumen dengan hasil tangkap nelayan ini memiliki produk di antaranya, produk perikanan tangkap seperti ikan karang, tuna, kepiting, kerang kerangan. Sedangkan produk budidaya seperti udang windu, pangasius, udang Vanamei.

Tak hanya dalam bentuk segar, Fish n Blues juga sediakan produk olahan dari tuna, seperti bakso tuna, spread tuna, bakso dori, bakso pangasius. Pelanggan Fish n Blues datang dari bisnis kuliner, hotel serta masyarakat umum. Total ada sekitar 56 hotel, restoran, dan reseller.

"Sebulan ada sekitar 850 kg sampai 1,2ton. Harga kita memang lebih dari yang lain karena tadi kami ingin apresiasi para nelayan yang sudah gerakan ramah tangkap jaga lingkungan, mereka harus diapresiasi. Harga produk kita beragam mulai dari Rp 50.000 - Rp 300.000," imbuhnya.

Dari segi produk memang Sudarsono sebut tak jauh beda dengan ikan lainnya. Hanya saja nilai pelestarian lingkungan ada di dalamnya bagi generasi penerus kelak. Oh iya, konsumen yang ingin memesan produk Fish n Blues dapat menghubungi instagram @fishnblues_id yang mencantumkan kontak dan juga bisa melalui website.

"Soal mau buat aplikasi ngga? Tentu kami mau. Ini seperti ditanya mana yang duluan ayam atau telur. Aplikasi dulu atau demand dulu, mungkin kami akan maksimalkan demand dulu. Sementara by instagram, website dan whatsapp dulu," tutur Sudarsono.

Jangkauan wilayah Fish n Blues masih di Jabodetabek. Sudarsono menyebut saat ini selain dana yang jadi kendala, juga pada ketatnya pasar ditambah harga ikan ramah tangkap Fish n Blues memang diakui kalah bersaing.

Permintaan ekspor juga datang kepada Fish n Blues yang mana hasil laut ramah tangkap menjadi produk yang dicari di mancanegara, sayangnya ia mengaku kembang kempis jika harus ekspor.

Adapun dijelaskan trennya permintaan internasional terhadap ikan ramah lingkungan sudah mulai meningkat. Adanya skema sertifikasi untuk eco labelling itu sudah makin banyak permintaannya. Misalnya dari Eropa sudah ada aturan untuk 2025 ini 100% produknya harus ramah lingkungan.

"Belum ekspor, tapi permintaan ada, kembang kempis kalau supply ekspor. Tapi untuk memenuhi itu bukan barang mudah. Susah sekali, urus dokumen ekspor kan juga panjang apalagi saya ketat di QC," jelasnya.

Oleh karena tahun ini Fish n Blues fokus pada sistem B2B, dengan menargetkan bisa masuk ke 100 hotel dan restoran selama 2020. Dengan besarnya permintaan maka seiringnya akan meningkat juga nelayan yang gunakan metode ramah tangkap.

Baca Juga: Duh, muncul virus misterius di Nigeria yang menewaskan 15 orang

"Bagaimana kita ciptakan demand, shared profit kita dari 10% sampai 50%. Tapi kita kan ini sociopreneur sebenernya jadi bukan profit oriented, kembali apresiasi nelayan, lestarikan lingkungan," jelasnya. Fish N Blues miliki satu penyimpanan produk di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Guna ciptakan demand, Fish n Blues juga rajin mengikuti pameran guna edukasi hasil laut ramah tangkap. Tak hanya itu saat ini Fish n Blues juga sudah bekerjasama dengan start up lainnya seperti Sayur Box.

Sudarsono tak menutup pintu untuk pendanaan yang masuk dengan catatan sesuai dengan visi misi Fish n Blues.

"Kami ini satu-satunya yang berkonsep ini di Indonesia. Dan buka lebar kerja sama dengan start up lain, semakin banyak semakin bagus," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×