Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) hingga saat ini belum juga memenuhi kewajibannya untuk membayar signature bonus Blok Rokan sebesar US$ 785 juta. Pertamina juga belum menyetor performance bonds sebesar US$ 50 juta atau 10% dari jumlah komitmen kerja pasti selama lima tahun di Blok Rokan sebesar US$ 500 juta.
Padahal pemerintah telah mengumumkan Pertamina sebagai kontraktor dan operator baru di Blok Rokan pasca 2021 pada 31 Juli 2018 lalu. Ditanya mengenai hal tersebut, Direktur Keuangan Pertamina Pahala N. Mansury mengaku akan segera membayar signature bonus Blok Rokan sebelum 2018 berakhir. “Sebelum akhir tahun ini,” ujarnya, Rabu (3/10).
Dana untuk pembayaran signature bonus ini kemungkinan akan berasal dari penerbitan obligasi internasional atau global bonds. Apalagi Menteri BUMN, Rini Soemarno sebelumnya juga sudah menyatakan Pertamina akan menerbitkan surat utang dalam dollar AS untuk mencari pendanaan, salah satunya untuk membayar signature bonus Blok rokan.
Pahala bilang Pertamina memang berencana untuk global bonds sebelum akhir tahun 2018. Namun Pahala belum mau buka-bukaan terkait jumlah surat utang yang akan diterbitkan dan kebutuhan dana Pertamina. “Kami belum bisa sampaikan sampai sejauh ini,” kata Pahala.
Namun yang pasti saat ini Pertamina sudah melakukan Request for Proposal (RFP) dan melakukan audit untuk penerbitan global bonds. “RFP sudah, kami juga sudah melakukan audit, nanti segera . Bank-nya ada lima, sudah itu saja, yang saat ini,” imbuhnya.
Pertamina Akan Investasi Jangka Panjang di Hulu Migas
Lebih lanjut Pahal bilang dana dari penerbitan global bonds ini akan digunakan untuk investasi jangka panjang. Termasuk juga investasi di sektor hulu.
Pertamina memang membutuhkan dana besar untuk investasi di hulu migas. Untuk investasi di Blok Rokan saja dibutuhkan dana sebesar US$ 72 miliar selama 20 tahun mulai dari 2021 sampai 2041. Dana tersebut akan digunakan untuk melakuakneksplorasi di 7.000 titik di Blok rokan.
Selain itu, Pertamina juga membutuhkan dana untuk melanjutkan penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) yang telah dilakukan operator Blok Rokan saat ini, Chevron Pacific Indonesia (CPI). Saat ini CPI telah menggunakan teknologi EOR streamflood dan tengah mengembangkan teknologi chemical EOR.
Selain Blok Rokan, Pertamina juga memiliki banyak blok-blok migas dan rencana akusisi blok migas di masa depan untuk meningkatkan produksi migas yang terus turun.
Ernie D. Ginting, Vice President of Corporate Business Strategic Planning seperti dikutip dari Reuters pada 29 September 2018 lalu menyebut Pertamina membutuhkan dana US$ 100 miliar dalam 12 tahun ke depan untuk meningkatkan produksi migas perusahaan plat merah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News