kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Siap-Siap Akan Ada Badai Pasokan LNG di 2026 Sampai 2030


Selasa, 31 Oktober 2023 / 17:00 WIB
Siap-Siap Akan Ada Badai Pasokan LNG di 2026 Sampai 2030
ILUSTRASI. Kegiatan ship to ship transfer atau alih muatan dari kapal ke kapal oleh tanker LNG Ekaputra 1 dengan FSRU Jawa Satu milik PT GTS Internasional Tbk (GTSI) di perairan lepas pantai Indonesia.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Produksi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di Indonesia dan dunia akan semakin melimpah. Diprediksi akan terjadi badai LNG di 2026 dan mencapai puncaknya pada 2030 yang menyebabkan bertambahnya jumlah uncomitted cargo LNG di masa itu.  

Direktur Utama Perta Arun Gas (PAG), Bara Ilmarosa menjelaskan saat ini banyak sekali LNG yang belum terkontrak atau uncomitted cargo baik itu di dalam negeri maupun luar negeri. 

“Kami mencatat ada 42,3  juta ton per tahun (MTPA) uncomitted cargo, ditambah lagi ke depannya di 2026 akan ada namanya secondwave LNG atau badai LNG,” ujarnya dalam acara webinar bertajuk “Strengthening Indonesia as a Global LNG and LPG Player” pada Selasa (31/10). 

Baca Juga: Kementerian ESDM Tak Beri Restu PGN Naikkan Harga Gas untuk Industri

Badai LNG ini, lanjut Bara disebabkan telah dimulainya produksi dari kilang-kilang yang sudah mencapai final investment decision (FID) pada tahun-tahun lalu dan mulai produksi di 2026. “Ini akan menambah jumlah uncomitted cargo di dunia,” kata Bara. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menjelaskan, berdasarkan data neraca gas untuk pemenuhan dalam negeri dan luar negeri, saat ini masih ada cukup banyak uncomitted cargo LNG. 

Uncomitted cargo ini akan semakin longgar setelah 2026 dan 2030 mencapai puncaknya,” ujarnya dalam kesempatan yang sama. 

Dia menyatakan, LNG yang belum terkontrak ini pada prinsipnya belum memiliki pembeli yang meneken kontrak jangka panjang. Biasanya karena produksi dari pengembangan lapangan yang bersangkutan melebihi dari kebutuhannya. 

“Tetapi ini tidak masalah, dalam LNG uncomitted cargo selalu saja ada yang membutuhkan,” terangnya. 

Baca Juga: Menteri ESDM Tidak Merestui Wacana PGN Kerek Harga Gas Pelanggan Non-HGBT

Justru LNG yang belum terkontrak ini dapat menjamin kebutuhan jangka panjang bagi pembeli. Secara umum, Tutuka menyatakan pasokan gas dari dalam negeri yang melimpah ini bisa memberikan kepastian pemenuhan bahan baku atau sumber energi dalam dua dekade ke depan. 

Tutuka menyampaikan, ekspor LNG pasca pandemi Covid-19 terus meningkat. Sampai dengan 2022, nilai ekspor LNG Indonesia secara total mencapai US$ 6,6 miliar atau naik dari 2021 yang sebesar US$ 4,81 miliar. 

Adapun ekspor LNG ini dikirim ke berbagai negara, paling besar ke China, kemudian diikuti Korea, lalu Jepang, dan terakhir ke Taipei. 

Secara volume, ekspor LNG di sepanjang 2022 tercatat sebesar 1.276,43 billion british thermal unit (BBTUD) dan untuk kebutuhan domestik 499,52 BBTUD. 

Masih besarnya ekspor LNG saat ini karena pemerintah ingin menyeimbangkan antara penerimaan negara dan keekonomian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang bersangkutan. 

“Strategi kita memenuhi gas untuk kebutuhan dalam negeri dan menyeimbangkan dengan ekspor agar keekonomian lapangan gas tetap terjaga.  Ini yang menjamin keberlangsungan usaha,” terangnya. 

Ke depannya, Tutuka menyatakan kebutuhan gas nasional secara umum akan semakin meningkat salah satunya didorong dari program hilirisasi gas. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Tak Beri Restu PGN Naikkan Harga Gas untuk Industri

Potensi Bisnis Gurih 

Perta Arun Gas melihat badai LNG di 2026 sebagai satu berkah tersendiri. Bara menjelaskan, fenomena ini otomatis membuat perusahaan KKKS dalam negeri dan luar negeri membutuhkan fasilitas penyimpanan (storage) LNG. 

“Ini artinya, bisnis hub menjanjikan. Kami merencanakan membangun 10 tangki baru dengan kapaistas 180.000 meter kubik (M3),” ujarnya. 

Baca Juga: Menteri ESDM Tidak Merestui Wacana PGN Kerek Harga Gas Pelanggan Non-HGBT

Ekspansi penambahan tangki demi menambah pasar domesik dan internasional ini akan dilakukan di Arun karena memiliki lahan yang diakui Bara masih sangat luas. Aksi bisnis ini menjadi salah satu rencana pengembangan Perta Arun Gas sebagai LNG Hub. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×