Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Proyek Kilang Situbondo berkapasitas 150.000 barel per hari yang bakal dibangun PT Kreasindo Resources Indonesia (KRI) terus berjalan. Proyek senilai US$ 5 miliar inikini memasuki rancangan desain atau front end engineering design (FEED).
Direktur Utama Kreasindo Resources Indonesia (KRI) Rudy Radjab menyatakan, kini pihaknya sudah memenuhi syarat-syarat pembangunan kilang di Situbondo sesuai.
Syarat itu: Pertama, adanya pasokan minyak; Kedua, ada kajian pembangunan kilang; Ketiga ketersediaan lahan yang bebas dari penduduk; Keempat kepastian pembiayaan. "Ini kami sudah penuhi semua. makanya kami sudah dapat izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)," ujar Rudy kepada KONTAN, Kamis (28/4).
Secara teknis, Kreasindo Resources masih menyusun tahapan FEED. Jika proses FEED selesai, akan masuk pada proses final investment decisision (FID).
"Jadi kami harapkan tahun ini sudah ada FID atau awal tahun depan paling tidak. Jadi Engineering, Procurement, and Construction (EPC) bisa kami mulai semester II-2017 supaya kami bisa kejar target onstream 2020," ungkapnya.
Meski sudah mendaftarkan rencana investasi ke BKPM, Kreasindo mengaku belum menyelesaikan perizinan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Rudy sadar, izin Menteri ESDM bisa memungkinkan terlibatnya Pertamina sebagai offtaker atau pembeli produk yang akan dihasilkan kilang atawa. "Saya berharap supaya Pertamina bisa menjadi offtaker," ujarnya.
Pun demikian ia berharap akan ada surat keputusan dari Menteri ESDM setelah melakukan semacam due diligence proyek. Saat ini Kreasindo masih menyiapkan FEED dan semua perizinan.
"SK Menteri ini bisa secepatnya didapat selama pemerintah melihat kesiapan kami. Di sisi lain kami juga sudah memenuhi keempat faktor yang pemerintah minta," harap Rudy.
Pun demikian Rudy memastikan pemerintah sudah mengetahui rencana proyek Kreasindo ini. Sebab, pemerintah juga membantu perusahaan ini untuk bekerjasama dengan Iran untuk penyuplai minyak mentah untuk kilang Situbondo secara Government to government (G to G).
Selain itu, setelah Kreasindo mendapat izin dari pemerintah, nantinya akan meminta BKPM membantu pengusulan insentif fiskal. Setelah itu KRI akan melakukan pembicaraan dengan Pertamina.
"Pada waktunya kami mengundang Pertamina sebagai offtaker untuk duduk bersama. Pembicaraan nanti setelah persiapan, FEED selesai dan didukung Menteri ESDM, baru kami bicara. Kalau sekarang too early," jelasnya.
Pertamina akan kaji
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan jika nantinya ada swasta yang membangun kilang, maka Pertamina harus mengkaji dulu berbagai aspek sebelum memutuskan untuk menjadi offtaker di kilang tersebut.
Berbagai aspek yang perlu dikaji salah satunya adalah kredibilitas dari perusahaan swasta yang akan membangun kilang.
Selain itu, Pertamina juga harus melihat kebutuhan pasarnya, harga yang ditawarkan, dan pola distribusi produk minyak dari kilang swasta hingga ke terminal Pertamina. Pertamina juga perlu mengkaji bentuk kerjasama yang ditawarkan oleh swasta yang berniat mendirikan kilang.
Apalagi Wianda mengklaim saat ini Pertamina masih sanggup membangun kilang sendiri. "Jadi Pertamina harus benar-benar memastikan jika posisinya offtaker apa keuntungannya bagi Pertamina karena kami juga sebenarnya punya kemampuan equity untuk melakukan hal yang sama," kata Wianda memberi alasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













