kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Siasati Melemahnya Permintaan, Industri Garmen Bisa Cari Ceruk Pasar Baru


Rabu, 02 November 2022 / 20:05 WIB
Siasati Melemahnya Permintaan, Industri Garmen Bisa Cari Ceruk Pasar Baru


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kepala Ekonom BCA, David Sumual menjelaskan sektor tekstil, garmen, dan alas kaki sejatinya merupakan salah satu industri andalan Indonesia karena nilai ekspornya lumayan besar. 

“Namun, semenjak pandemi pukulannya cukup kuat ke sektor ini dan membuat permintaan global menurun, akibatnya juga untuk beberapa perusahaan arus kasnya terganggu selama pandemi,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/11). 

Belum selesai dampak pandemi, sektor ini kembali menghadapi ancaman lainnya yakni perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi permintaan dari beberapa negara. 

Kendati demikian, David melihat bahwa masih ada ceruk-ceruk pasar lainnya yang bisa digarap oleh industri garmen dan alas kaki asal Indonesia. 

Baca Juga: Pasar Ekspor Garmen dan Sepatu Susut, Wamenaker Imbau Industri Tak Lakukan PHK

“Mungkin di pasar non tradisional di luar negara-negara yang biasa kita ekspor perlu diversifikasi negaranya,” ujarnya. 

David melihat tidak semua segmen produk garmen mengalami penurunan, masih ada beberapa yang mencatatkan permintaan yang tinggi. 

“Dengan ini survival rate masih rata-rata dan cukup bisa bertahan. Tetapi perlu disiasati yang ekspornya ini, mungkin harus dicari celah ada 190 negara di dunia jangan hanya menyasar itu-itu saja,” terangnya. 

Selain menggali ceruk pasar baru, David juga melihat, ada potensi pasar domestik yang belum tergarap. Dia mencontohkan, setelah lebaran biasanya permintaan garmen menurun, tetapi pada Agustus-September 2022 lalu permintaan masih cukup baik utamanya dari daerah di luar Jawa. 

“Di luar Jawa banyak yang menikmati kenaikan harga komoditas, dengan ini daya beli masyarakat meningkat sehingga permintaan dari daerah tertentu juga ikut naik,” ungkapnya. 

Baca Juga: Perkecil Defisit Perdagangan, Mendag Memimpin Misi Dagang Indonesia ke Qatar

Walau begitu, tetap saja celah pasar di domestik masih mengalami hambatan karena maraknya baju-baju impor.  

David berpesan, upaya yang bisa dilakukan pemerintah ialah  memberikan insentif fiskal untuk produk-produk bahan baku yang saat ini masih banyak diimpor. 

Dengan ini diharapkan industri mid-stream dapat berkembang dan dapat memenuhi kebutuhan garmen domestik. 

“Sayang juga kalau misalnya masih harus banyak yang diimpor dari luar, jadi memang harus dilengkapi ekosistem dari hulu ke hilir,” terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×