Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Afriansyah Noor mengungkapkan, pihaknya mendapatkan informasi dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan beberapa perusahaan sektor garmen dan sepatu yang sudah mengurangi penjualan ekspornya.
“Karena resesi pabrik sepatu dan garmen ekspornya berkurang. Pengurangan penjualan ekspor sebanyak 50% di sepatu dan 30% di garmen,” jelasnya saat di Cikini, Minggu (30/10).
Baca Juga: Tahun 2023, Bisnis Industri Tekstil dan Produk Tekstil Diprediksi Masih Apes
Afriansyah menegaskan, pihaknya berpesan agar perusahaan di sektor garmen dan sepatu jangan mengurangi jumlah karyawan, tetapi melakukan strategi efisiensi jam kerja. “Tetap tidak dkeluarkan tetapi jam kerja diefesiensi,” ujarnya.
Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, industri garmen dibuat cemas setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) di pabrik tekstil Kahatex di Sumedang, Jawa Barat sebanyak 900 karyawan.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menyatakan, fenomena PHK yang terjadi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri tak lepas dari imbas pelemahan pasar TPT global.
Ini mengingat negara seperti Amerika Serikat dan di kawasan Eropa mengalami perlambatan ekonomi sehingga permintaan ekspor ke sana ikut mengalami penurunan yang cukup dalam.
Di dalam negeri, kinerja sektor TPT juga mulai terjadi perlambatan. Selain akibat dari belum stabilnya daya beli masyarakat, juga karena membanjirnya produk impor ke pasar domestik.
Baca Juga: Bisnis Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Masih Menantang pada Tahun Depan
API sendiri memperkirakan kinerja industri TPT pada tahun 2023 akan lebih lemah dibandingkan dengan kondisi sampai kuartal keempat tahun ini. Ancaman resesi global pun turut menghantui industri TPT di dalam negeri. “Jadi, kami harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan tersebut,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News