Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) berusaha menjalankan berbagai strategi untuk tetap mencatat kinerja positif tahun ini.
Direktur Utama PRDA Dewi Muliaty mengatakan bahwa pada sisa tahun 2024 Perseroan menjalankan strategi berdasarkan tema, seperti meningkatkan pelayanan di Hari Kesehatan Nasional serta menggenggam klien korporasi di kuartal IV 2024.
"Untuk pembukaan cabang kelihatannya juga telah selesai semua per September 2024 dan tentunya kami terus lakukan pengembangan bisnis dan kemudahannya melalui U by Prodia di apps kami. Kami berharap dengan langkah-langkah ini dapat menambah pertumbuhan kinerja Perseroan," papar Dewi saat acara Prodia Connect 2 2024 yang berlangsung virtual, Senin (30/9).
Baca Juga: Prodia Widyahusada (PRDA) Fokus Pacu Kinerja di Semester II
PRDA tahun ini menargetkan menambah 2 outletnya, dengan demikian hingga saat ini Perseroan telah memiliki 321 jaringan outlet yang tersebar di 80 kota di dan 34 provinsi di Indonesia.
Dalam pemaparan, PRDA juga menyampiakan tengah melanjutkan untuk menyiapkan perizinan klinik-kliniknya. Terdapat 88 cabang berizin linik dari total 152 total cabang Prodia yang berizin lab klinik. Dewi menuturkan , melalui klinikini Perusahaan akan melakukan segmentasi dan kategorisasi market berdasarkan kekhasan di tiap daerahnya.
Dewi menuturkan langkah tersebut kemungkinan bisa terus dilanjutkan di tahun depan atau menjadi pilot di sisa tahun 2024.
Mengintip kinerja Perseroan, PRDA juga menyampaikan bahwa kuartal III 2024 masih mencatat nilai positif. Namun demikian, Perusahaan klinik laboratorium ini tidak menampik bahwa catatan pertumbuhan sepanjang tahun datar-datar saja alias flat.
"Pada kuartal I 2024 tantangan berasal dari adanya Pemilu serta hari libur yang banyak, lalu kami mencatat adanya peningkatan di kuartal II 2024 dibandingkan dengan kuartal I. Pada kuartal III, tercatat pertumbuhan tidak signifikan dibandingkan dengan kuartal II 2024, masih flat," urainya.
Melihat hal ini, Dewi mengatakan target pendapatan dan laba bersih yang dipasang sebesar low double digit alias sekitar Rp2 triliun pada awal 2024, terpaksa direvisi. Perseroan menyatakan target yang ditetapkan di awal tahun cukup tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian tahun ini.
Baca Juga: Prodia Widyahusada (PRDA) Telah Capex 25% Hingga Semester I-2024
Perusahaan awalnya cukup optimistis dengan dinamika pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dan kebiasaan masyarakat. Namun, tiap kuartal memiliki tantangan tersendiri sehingga PRDA menyatakan pada kuartal IV ini Perusahaan berusaha memperjuangkan kinerjanya,
"Harapannya pertumbuhan kinerja masih tetap positif atau paling tidak ada pertumbuhan sebesar 2%. Awalnya kami berbicara target sebesar 7% bahkan melihat perkembangan di kuartal II sempat mematok di 9%.Namun melihat kuartal III 2024 yang pergerakan tidak tinggi, kami pasang di 2%. Tapi secara pertumbuhan semua masih positif," paparnya.
Asal tahu saja, pada semester I 2024, PRDA mencatat penurunan pendapatan dan laba. PRDA meraup pendapatan dari kontrak dengan pelanggan Rp 1,03 triliun hingga semester I 2024. Pendapatan itu turun tipis 2,89% dari periode semester I 2023 sebesar Rp 1,06 triliun.
Lalu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 115,67 miliar hingga semester I 2024, alias susut 22,25% dari semester I 2023 sebesar Rp 148,77 miliar.
Total ekuitas turun menjadi Rp 2,33 triliun pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 2,36 triliun. Total liabilitas susut menjadi Rp 287,48 miliar pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 347,44 miliar.
Aset Perseroan merosot jadi Rp 2,61 triliun hingga 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 2,70 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 417,24 miliar pada 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 542,96 miliar.
Prodia juga mencatat adanya penurunan jumlah kunjungan sebesar 4,8% menjadi 1,2 kunjungan. Adapun volume tes yang dilakukan sebesar 8,4 juta serta market share berada di level 40,1%.
Hingga kini, PRDA juga telah menyerap capex sebesar Rp62 miliar dari total anggaran maksimal Rp250 miliar tahun ini.
"Serapan capex Prodia masih belum banyak, masih di bawah 50%. Ini bukan karena adanya penahanan budget tapi kami masih memperhitungkan apakah masih bisa mengutilisasi dengan apa yang ada sekarang untuk perkembangan ke depannya," ucap Dewi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News