Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
Sebagai informasi, GOTO telah mencatatkan nilai transaksi bruto proforma sebesar Rp 414,2 triliun untuk periode 12 bulan yang berakhir pada 30 September 2021. Adapun untuk pendapatan bruto proforma sebesar Rp 15,1 triliun untuk periode 12 bulan yang berakhir pada 30 September 2021.
GOTO juga mencatat jumlah pesanan proforma sebesar sekitar 2 miliar pesanan untuk periode 12 bulan yang berakhir pada 30 September 2021. Lebih dari 55 juta pengguna yang bertransaksi dalam setahun secara proforma, per 30 September 2021, dan memiliki lebih dari 2,5 juta mitra pengemudi terdaftar, per 30 September 2021.
Manajemen GOTO menerangkan bahwa Indonesia dan Asia Tenggara memiliki populasi muda dan sangat melek teknologi dengan daya beli yang terus meningkat, yang akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi digital kawasan ini.
Baca Juga: Harga Saham GOTO Anjlok Lagi, Konsensus Menunjukkan Masih Ada Potensi Untuk Mendaki
Meningkatnya permintaan terhadap seluruh layanan yang disediakan ekosistem GoTo, didorong dengan meningkatnya adopsi digital oleh konsumen di seluruh Asia Tenggara, telah menjadi dasar bagi kinerja keuangan yang kuat yang ditunjukkan oleh GOTO dalam beberapa tahun terakhir.
Nilai GTV proforma GoTo telah menunjukkan tingkat pertumbuhan majemuk tahunan atau compound annual growth rate (CAGR) sebesar 46% antara tahun 2018 dan 2020, serta pertumbuhan tahunan sebesar 62% antara kuartal ketiga tahun 2020 dan kuartal ketiga tahun 2021.
Pendapatan bruto proforma menunjukkan CAGR sebesar 56% antara tahun 2018 dan 2020, serta pertumbuhan YoY sebesar 55% antara kuartal ketiga tahun 2020 dan kuartal ketiga tahun 2021.
Tapi, manajemen GOTO masih belum dapat menyebutkan proyeksi pertumbuhan kinerja di tahun ini. Yang jelas, GOTO berkomitmen untuk menjalankan strategi bisnis guna mengerek kinerja.
Baca Juga: Lengan Investasi SoftBank Group, Catatkan Rekor Kerugian Hingga US$ 26,2 Miliar
Dalam ringkasan laporan keuangan per 30 September 2021, GOTO membukukan pendapatan bersih senilai Rp 3,40 triliun. Nilai ini meningkat 45,29% dibandingkan pendapatan bersih per September 2020 yang sebesar Rp 2,34 triliun.
Dalam periode tahunan 2018-2020, pendapatan bersih GOTO sebenarnya juga terus mengalami kenaikan. Dari Rp 1,43 triliun pada 2018, meningkat menjadi Rp 2,30 triliun pada 2019. Lalu, meningkat lagi menjadi Rp 3,32 triliun pada 2020.
Sementara itu, dalam periode sembilan bulan pertama tahun 2021, rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk GOTO tercatat sebesar Rp 11,57 triliun, angka ini tumbug 11,03% dibanding rugi Rp 10,42 triliun per September 2020.
Dalam kurun tahun 2018-2020, GOTO masih mencatatkan kerugian di level double digit. Pada tahun 2018, GOTO membukukan rugi bersih sebesar Rp 11,24 triliun.