kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sinar Mas jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali


Rabu, 28 September 2016 / 13:01 WIB
Sinar Mas jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Rizki Caturini

Ibarat artis ngetop, nama Grup Sinar Mas nyaris selalu menjadi buah bibir dan menjadi sorotan. Maklum, bisnis konglomerasi yang dirintis Eka Tjipta Widjaja  sanggup bangkit lagi setelah jatuh berkali-kali. Bahkan kini, kelompok usaha ini tercatat sebagai salah satu grup usaha terbesar di Tanah Air. 

Nah, jika grup usaha lain menunjuk krisis moneter tahun 1998 sebagai fase kejatuhan terdalam, lain cerita dengan Sinar Mas. Kelompok bisnis itu merasa limbung pada tahun 2001. Mereka menanggung utang US$ 13,5 miliar hanya dari bisnis kelapa sawit serta pulp and paper. Angka itu berkontribusi mayoritas bagi total utang Sinar Mas.

Harga kelapa sawit serta pulp and paper di pasar internasional yang terjun bebas yang menjadi biang kerok. Kala itu, satu ton kelapa sawit hanya dihargai US$ 350 per ton. "Ditambah country rating Indonesia juga sudah sangat rendah," kenang Gandi Sulistiyanto, Managing Director Sinar Mas Group saat dijumpai KONTAN di kantor Sinar Mas, akhir Agustus silam.

Pada masa itu bisnis keuangan Sinar Mas juga meriang. Bank International Indonesia (BII) nyaris kolaps, karena menanggung utang Sinar Mas sebesar US$ 1,43 miliar. Akhirnya, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) turun tangan memberikan jaminan. Dalam kondisi serba sulit, Sinar Mas kemudian merestrukturisasi bisnis. Opsi di depan mata adalah melepas bisnis tertentu dan mempertahankan selebihnya. Keputusan diambil, Sinar Mas melepas BII.

Pertimbangan Sinar Mas, BII adalah perusahaan sektor keuangan terbesar yang mereka miliki. Jadi kalau dijual, bisa signifikan membayar utang bisnis pulp and paper dijalankan lewat Asia Pulp & Paper (APP). 

Alasan lain, BII menyerap tenaga kerja paling sedikit. Ini berbeda dengan APP yang mempekerjakan 110.000 orang atau hampir separuh dari total tenaga kerja Sinar Mas, yang saat itu berjumlah 300.000 orang. "Perusahaan yang menyerap tenaga kerja terbanyak, yakni sektor kertas dipertahankan. Itu amanah  pendiri kami," ujar Gandi.

Pelan tapi pasti, Sinar Mas kembali bangkit. Pengalaman pahit dengan BII tak membikin mereka jera. Sembari mencicil utang, tahun 2005, Sinar Mas membeli Bank Shinta, cikal bakal Bank Sinarmas.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×