Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menaruh perhatian pada perkembangan proyek Jambaran Tiung Biru oleh Pertamina EP Cepu (PEPC).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan perlu ada akselerasi dalam pelaksanaan proyek berkapasitas produksi gas sebesar 315 Juta Standar Kaki Kubik per Hari (MMsfcd) ini.
Baca Juga: Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni harapkan dampak komitmen proyek Train-3 BP Tangguh
"Berdasarkan inspeksi di lokasi dan pengawasan oleh SKK Migas minggu lalu, proyek JTB membutuhkan akselerasi pekerjaan termasuk pengaturan sumberdaya agar keterlambatan dan potensi hambatan di masa mendatang dapat ditangani," terang Dwi, Jumat (13/3).
Dwi menilai, langkah percepatan dan perbaikan perlu dilakukan oleh PEPC dan PT Rekind selaku kontraktor pelaksana proyek demi mewujudkan target onstream proyek pada Juli 2021 mendatang.
Sementara itu, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Sulistya Hastuti Wahyu mengungkapkan perlu ada perbaikan kordinasi dari manajemen. Sulistya menjelaskan, lowongnya sejumlah posisi dan perhatian khusus dari induk usaha diperlukan demi menjaga kelangsungan proyek senilai US$ 1,53 miliar ini.
"Manajemen Pertamina harus dibenahi karena keterlambatan progres itu nyata. Schedule project harus terintegrasi dengan baik. Pertamina Persero harus ikut memberikan perhatian penuh dan mengawal proyek dengan serius. Salah satu caranya, jabatan-jabatan kosong yang terkait pelaksanaan proyek PEPC agar segera diisi, agar tidak ada kendala di lapangan dalam pengambilan keputusan," kata Sulistya.
Baca Juga: Ini upaya SKK Migas dorong pengembangan sumur dan mutakhirkan data migas
Adapun, SKK Migas menyoroti dua hal penting dalam pelaksanaan proyek JTB yakni aspek konstruksi dan delivery oleh vendor, khususnya yang bersifat long lead item dan dikerjakan di luar negeri seperti sulfuric acid unit di Kanada dan Acid gas incrinerator di India.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno ketika dikonfirmasi secara terpisah bilang ada potensi keterlambatan proyek, kendati demikian pihaknya terus mengupayakan kordinasi dengan kontraktor dan subkontraktor.
"Pertamina juga akan segera mengisi posisi-posisi kunci di Project Management Team (PMT) PEPC seperti posisi General Manager, Senior Project Manager, Expeditors dan Quantity Inspectors atau Surveyors," terang Julius kepada Kontan.co.id, Minggu (15/3).
Baca Juga: Menteri ESDM minta peningkatan produksi migas dioptimalkan
Julius menambahkan dengan adanya wabah virus corona, keberlangsungan proyek diyakini belum begitu terdampak. Hal ini mengingat, KKKS telah memiliki rencana keberlanjutan bisnis yang dapat dilakukan. "Sebagai konsekuensi ya mungkin akan ada dampak negatif ke proyek, tetapi kan harus selalu dicari jalan keluar terbaiknya," terang Julius.
Adapun, pada tahun 2019 pasokan gas existing untuk Jawa Timur dan Jawa Tengah sekitar 620 MMscfd dengan permintaan mencapai sekitar 800 MMscfd.
Mengingat permintaan gas Jawa Timur dan Jawa Tengah meningkat pesat menjadi sekitar 1.100 MMSCFD di tahun 2022, SKK Migas menilai proyek JTB menjadi sangat penting dan butuh dukungan berbagai pihak agar dapat selesai tepat waktu dengan biaya yang efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News