kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Smart stop pembelian CPO dari 5 mitra karena IPOP


Senin, 05 Oktober 2015 / 16:28 WIB
Smart stop pembelian CPO dari 5 mitra karena IPOP


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Deklarasi Indonesian Palm Oil Pledge (IPOP) yang dilakukan lima perusahaan raksasa sawit dalam negeri sudah mulai dijalankan. Salah satu perusahaan yang ikut dalam deklrasi IPOP ini adalah PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk, anak usaha Golden Agri Resources Ltd.

Smart telah mulai menghentikan sementara pembelian crude palm oil (CPO) dari lima perusahaan sawit menengah yang menjadi mitranya selama ini. Kapasitas pasokan dari lima perusahaan sawit kelas menengah ini mencapai 200.000 ton CPO per tahun.

Penghentian pembelian dilakukan setelah pihak manajemen Smart melakukan negosiasi dan diskusi dengan para mitra mereka yang diduga membuka lahan gambut atau melakukan ekspansi perkebunan sawit dengan merusak hutan atawa deforestasi.

Agus Purnomo, Managing Director Sustainability & Strategic Stakeholders Enggagement Smart mengatakan, mereka telah memutuskan kontrak pembelian CPO sementara dengan lima perusahaan sawit skala menengah tersebut sejak bulan Mei sampai September 2015.

Pemutusan pembelian minyak sawit dilakukan setelah Smart menemukan bahwa mitranya itu masih melakukan deforestasi di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Papua.

"Tentu kami juga mengalami dampaknya pemutusan pembelian ini, karena bila pemasukan berkurang maka produksi juga pasti berkurang, tapi persis angkanya saya belum bisa tebak-tebak," ujar Agus, Senin (5/10).

Kendati begitu, Agus enggan menyebutkan kelima nama perusahaan skala menengah tersebut dengan alasan tidak mau menimbulkan polemik. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa perusahaan skala menengah lain yang bermitra dengan Smart mengalami nasip serupa bila mereka tidak berhenti merusak hutan.

Agus mengatakan, pihaknya tidak bisa segera mendapatkan mitra pengganti untuk memasok 200.000 ton sawit tersebut. Sebab, ada banyak faktor yang memengaruhi selain jarak yang maksimal 65 kilometer (km) dari pabrik mereka, juga menyangkut harga dan kesepakatan untuk non deforestasi.

Agus bilang, kebijakannya ini akan terus diterapkan sepanjang para mitra itu tidak berkomitmen mendukung penanaman sawit yang ramah lingkungan.

Namun, Agus mengklaim Smart tidak menghentikan pembelian CPO dari petani, tapi tetap melakukan sosialisasi untuk menanam sawit dengan tidak merusak hutan.

Direktur Eksekutif IPOP Nurdiana Darus menambahkan, penghentian pembelian CPO dari lima perusahaan menengah ini tidak dilakukan secara tiba-tiba. "Mereka sebenarnya sudah diberti tahu sejak tahun 2013, bahkan ada yang sudah tahu sejak tahun 2007," ujarnya.

Ia mengatakan, penerapan IPOP merupakan salah satu upaya menangkal serangan sejumlah negara Eropa yang kerap menuding sawit di Indonesia ditanam dengan merusak hutan. Menurutnya, dengan adanya komitmen IPOP ini Eropa tidak lagi memiliki dalih menolak membeli produk-produk sawit asal Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×