Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Demi meraih lebih banyak pelanggan, terutama pelanggan data, operator selular PT Smartfren Telecom Tbk berupaya memperbaiki kualitas layanannya. Untuk itu, tahun ini, perusahaan yang sahamnya berkode FREN ini akan menambah 2.000 base transceiver station (BTS).
Sampai penghujung tahun lalu, perusahaan sudah memiliki 4.500 BTS yang tersebar di berbagai wilayah tanah air. Nah, jika ada penambahan 2.000 BTS lagi, maka FREN akan memiliki 6.500 BTS sampai tutup tahun ini. Adapun, jenis BTS yang akan dibangun akan berfokus pada teknologi evolution data optimized (EVDO) revision B. Tower ini bakal mendukung layanan data mereka.
Kota-kota yang menjadi incaran perusahaan untuk pembangunan BTS lebih banyak di wilayah Sumatera. Maklum, sejauh ini, cakupan layanan data FREN di wilayah ini belum merata. "Kami juga akan ekspansi ke daerah-daerah yang belum terpasang BTS, seperti Bengkulu, Samarinda, Kendari, dan Balikpapan," papar Djoko Tata Ibrahim, Deputy CEO Commercial Smartfren, Jumat (1/2).
Dengan penambahan infrastruktur itu, Djoko berambisi bisa memiliki 16 juta pelanggan tahun ini, di mana 10 juta diantaranya pelanggan data. Target tersebut lebih tinggi 45% ketimbang jumlah pelanggan sampai akhir tahun lalu, yaitu 11 juta pelanggan.
Kata Djoko, sebenarnya perusahaan menargetkan bisa meraih 7 juta pelanggan baru selama tahun ini. Namun, adanya potensi churn rate menyebabkan target itu diturunkan menjadi hanya 5 juta. "Sekitar 50% di antaranya akan berasal dari bundling handset," ujarnya.
Sekadar catatan, churn rate adalah pelanggan yang menggunakan layanan operator hanya sebentar.
Genjot pelanggan data
Tentunya, perusahaan berharap peningkatan pelanggan bisa mengerek kinerja keuangan di tahun ini. Maklum, dalam beberapa tahun terakhir, Smartfen masih merugi. Laporan keuangan kuartal ketiga 2012 menunjukkan, perusahaan ini merugi Rp 1,015 triliun.
Namun, nilai kerugian tahun lalu sudah lebih rendah ketimbang kerugian tahun 2011 yang mencapai Rp 1,56 triliun.
Djoko bilang, tahun ini, perusahaan membidik pendapatan Rp 3 triliun. Angka ini melonjak 76,5% dari taksiran pendapatan tahun lalu, yaitu sekitar Rp 1,7 triliun. Namun, dia belum bisa menyebutkan target laba tahun ini.
Perusahaan mematok kontribusi pendapatan dari layanan data bisa mencapai 70%. Sedangkan, sisa 30% berasal dari pendapatan seluler.
Djoko optimistis target pendapatan tersebut bisa tercapai, seiring lonjakan jumlah pelanggan layanan data. "Soalnya, ARPU (average revenue per user) pelanggan data lebih tinggi dibanding pelanggan biasa," jelasnya. Gambarannya, ARPU pelanggan data berkisar Rp 45.000-Rp 50.000, sedangkan ARPU pelanggan biasa Rp 25.000 hingga Rp 28.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News