Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk nampaknya akan segera mengakhiri puasa pendapatan pada pekan ini. Sebab, perusahaan berkode saham DKFT ini telah menyelesaikan pembangunan dan pengoperasian smelter feronikel.
Pada pekan ini, perusahaan mengkonfirmasi akan melakukan pengiriman perdana penjualan feronikel (FeNi) ke Tiongkok dengan volume 7.000 ton. Apalagi saat ini, dua line blast furnace milik perusahaan sudah beroperasi, sedangkan dua line lagi akan mulai operasi pada bulan depan.
Dari total kapasitas smelter yang mencapai 100.000 ton, tahun ini targetnya perusahan bisa memproduksi 43.000 ton feronikel. Tidak hanya itu, perusahaan juga tengah mengurus perizinan untuk bisa mengekspor ore. Harapannya perusahaan bisa menuntaskan perizinan dalam waktu dekat dan mendapatkan kuota ekspor.
DKFT optimistis bisa segera mengantongi izin, apalagi dari 11 poin persyaratan hanya satu syarat yang belum dipenuhi yakni melakukan penjualan produk smelter.
Kurniadi Atmosasmito, Direktur DKFT mengatakan, jika perizinan untuk ekspor ore bisa dilakukan, perusahaan menargetkan menjual 500.000 ton. Sehingga dari tambang nikel sebanyak 447.615 ton dipasok untuk kebutuhan smelter dan 500.000 ton akan langsung diekspor.
Dus, potensi pendapatan pada tahun ini mencapai Rp 876,54 miliar dengan laba bersih Rp 163,05 miliar. Itupun dengan asumsi harga jual FeNi stabil dikisaran US$ 1.100 per ton.
"Sesuai PP No.1 tahun 2017 dan Permen ESDM no.5 tahun 2017, kami boleh ekspor karena punya smelter nikel. Harapannya bisa dapat kuota 1 juta ton per tahun, tetapi target 2017 paling tidak 500.000 ton dan tahun 2018 baru 1 juta ton," ujar Kurniadi di Jakarta, Jumat (16/6).
Saat ini dari ketiga tambang nikel milik perusahaan memiliki cadangan sebesar 30 juta ton, jumlah tersebut terus dikembangkan dengan melakukan eksplorasi untuk menambah cadangan terbukti. Di samping itu, perusahaan juga tengah menjajaki kemungkinan kerja sama atau akuisisi terhadap beberapa tambang yang dekat dengan smelter yang terletak di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Namun, rencana ini tidak akan dilakukan dalam waktu dekat, karena masih akan paralel dengan rencana pembangunan smelter tahap II.
Feni Silviani Budiman, Direktur DKFT mengatakan, tahun ini perusahaan mengeluarkan belanja modal sebesar US$ 15 juta untuk melakukan maintenance. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun lalu, karena sudah tidak adanya beban dari pembangunan smelter.
Asal tahu saja perusahaan menggelontorkan investasi mencapai Rp 1,7 triliun untuk pembangunan smelter feronickel. Saat ini, untuk penambahan cadangan akan diupayakan dari eksplorasi tambang sendiri serta penjajakan terhadap tambang-tambang yang ada di sekitar smelter.
"Saat ini kami prioritaskan ada tujuh tambang, kami harapkan tiga IUP saja cukup. Targetnya itu supaya bisa didapat 25 juta ton hingga 30 juta ton tambahan cadangan. Itu skemanya masih dijajaki, bisa terbuka kerja sama atau akuisisi," ujarnya.
Yang jelas, dengan pengiriman perdana ke Tiongkok pada pekan, perusahaan dipastikan akan mengakhiri puasa pendapatan. Asal tahu saja, sudah dua tahun ini, DKFT tidak bisa melakukan penjualan, karena masih menunggu tuntasnya pembangunan smelter. Dengan sudah beroperasinya smelter, perusahaan juga membidik pasar baru selain ke Tiongkok, yaitu India dan Korea.
"Kami targetnya tanggal 21 atau 22 Juni 2018 ini kapal datang, jadi semoga sebelum Lebaran pengiriman sudah beres, harusnya bulan ini sudah beres. Kalau kapalnya jalan, semoga bisa masuk laporan keuangan kuartal II, itu penjualan untuk produk FeNi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News