kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal Pemanfaatan Energi Final, RPP KEN Masih Harus Lihat Cadangan Batubara


Kamis, 04 April 2024 / 18:34 WIB
Soal Pemanfaatan Energi Final, RPP KEN Masih Harus Lihat Cadangan Batubara


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu kebijakan yang dimuat dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) yang saat ini tengah digodok oleh Dewan Energi Nasional (DEN) adalah tercapainya pemanfaatan Energi Final untuk beberapa jenis Energi, salah satunya adalah batubara.

Dalam RPP KEN, pemanfaatan energi final ini terbagi per-10 tahun. Yang puncaknya berada di tahun 2060 karena menyesuaikan dengan target net zero emisi di tahun yang sama. 

Untuk batubara di tahun 2030 dalam kisaran antara 58,6 juta TOE (lima puluh delapan koma enam juta tonnes of oil equivalent) sampai dengan 62,9 juta TOE. 

Baca Juga: Pemanfaatan Energi Batubara Masih Tinggi Hingga 2060, Ini Penyebabnya

Kemudian meningkat di tahun 2040 dalam kisaran antara 85,8 juta TOE sampai dengan 87,8 juta TOE. Di tahun 2050 menurun, dalam kisaran antara 79,5 juta TOE sampai dengan 81,8 juta TOE. 

Dan tahun 2060 mencapai nilai pemanfaatan energi final terendah dibanding periode sebelum-sebelumnya yaitu dalam kisaran antara 45,4 juta TOE sampai dengan 57,0 juta TOE.

Terkait rancangan ini, sejumlah emiten batubara pun buka suara. PT ABM Investama Tbk (ABMM) misalnya, Chief Financial Officer (CFO) mereka, Adrian Sjamsu mengatakan agak sulit memprediksi cadangan batubara Indonesia jika sampai tahun 2060. 

“Kalau sampai 2060, mungkin tidak banyak cadangan (batubara) tersisa di negara kita,” ungkapnya saat dihubungi Kontan, Kamis (04/04).

Meski begitu, ia mengungkap pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk membuka atau mencari cadangan baru melihat permintaan batubara yang masih tinggi. 

“Kami masih terus mencari cadangan baru karena melihat demand-nya masih tinggi dan untuk jangka waktu yang lama,” tambahnya.

Lain halnya dengan ABMM, PT United Tractors Tbk (UNTR) melalui Sekretaris Perusahaan, Sara K. Loebis mengatakan sejak tahun 2022 UNTR sudah berkomitmen tidak akan melakukan investasi baru di tambang batu bara. 

“Jadi UNTR hanya mengoperasikan tambang batu bara yang ada saat ini di portofolio kami, hingga akhir lisensinya ataupun cadangannya. Namun mengenai waktu akhir tersebut, saya tidak dapat sampaikan di sini,” ungkapnya. 

Dan jika melihat data di Indonesia, sepanjang tahun 2023 terdapat beberapa emiten  yang berhasil memproduksi batubara dengan porsi besar. Sebut saja UNTR yang sepanjang tahun memproduksi 129 juta ton, atau naik 11% dari produksi di tahun 2022. Ini merupakan sumbangan besar dari dua anak usahanya, PT Pamapersada Nusantara (Pama) dan PT Tuah Turangga Agung (TTA). 

Baca Juga: Produksi Batubara Dipacu, Ini Produsen Batubara Terbesar di Indonesia

Produksi tertinggi selanjutnya diikuti oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI), berdasarkan catatan Kontan, di awal tahun Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan, BUMI memang masih menghitung realisasi final produksi tahun lalu. Namun, diperkirakan volume produksi tahun lalu berada di kisaran 78 juta metrik ton (MT). Realisasi tersebut naik 11,4% dari produksi di 2022 yang hanya 70 juta MT. 

Diikuti oleh PT. Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) meski belum merilis produksi sepanjang 2023, sampai September 2023, Adaro tercatat memproduksi batu bara sebesar 50,37 juta ton atau tumbuh 12 persen dari capaian tahun sebelumnya. Adaro juga memproduksi batu bara sebanyak  62,9 juta ton di tahun 2022.

Ada pula, emiten tambang milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) yang berhasil memproduksi batu bara pada 2023 sebesar 48 juta ton, adapun menargetkan produksi batu bara pada 2024 sejumlah 55 juta-57 juta ton. 

Sementara ABMM pada 2023 merealisasikan penjualan batu bara sebesar 11,3 juta ton. Ini tercatat sebagai penurunan karena pada 2022, memproduksi sebesar 12,2 juta ton batu bara. Sementara itu, pada 2021 ABMM memproduksi sebanyak 13,22 juta ton batu bara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×