kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Soal pembangunan hotel, RI nomor dua di Asia


Rabu, 18 Februari 2015 / 16:58 WIB
Soal pembangunan hotel, RI nomor dua di Asia
Promo McD Gratis Tumbler Warna-Warni Terbaru di September 2023, Berikut Cara Mendapatkannya.


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Selama Januari 2015, Indonesia membangun sebanyak 28.652 kamar dalam 159 hotel. Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak di Asia dalam pengembangan hotel.

Posisi teratas ditempati Tiongkok dengan 140.952 kamar dalam 460 hotel. Menyusul kemudian setelah Tiongkok, dan Indonesia, adalah India dengan 161 hotel sebanyak 26.444 kamar, Malaysia dengan 11.885 kamar dalam 43 hotel.

Sementara Jepang, dan Filipina berada di peringkat berikutnya dengan masing-masing 6.851 kamar dalam 29 hotel, dan 6.777 kamar dalam 24 hotel.

Dengan demikian, menurut riset STR Global, lembaga penyedia data hotel internasional, terdapat 542.2017 kamar dari 2.400 hotel dalam pipa pengembangan di seluruh kawasan Asia Pasifik.

Total hotel dalam pipa pengembangan tersebut meliputi proyek-proyek dalam tahap konstruksi, perencanaan final, dan perencanaan untuk dikembangkan.

"Namun, riset ini tidak memasukkan proyek-proyek perencanaan yang belum dikonfirmasi," tutur Managing Director Elizabeth Winkle, dalam keterangan tertulis yang dikirimkan melalui surel kepada Kompas.com, Selasa (17/2).

Indonesia dengan acuan Jadebotabek (Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi), dan Bali sebagai pasar perhotelan utama, semakin dibidik jaringan operator internasional.

Menurut Cushman and Wakefield, hingga akhir Desember 2014, hotel baru yang beroperasi di Jakarta termasuk Double Tree by Hilton, Holiday Inn Express Thamrin Jakarta, Santika Jakarta Kelapa Gading, dan Best Western Grand Palace Kemayoran. Total jumlah kamar hotel-hotel tersebut sebanyak 3.900 unit.

Meskipun hotel skala menengah mendominasi, namun hotel kelas atas dan mewah menunjukkan signifikansi pertumbuhan. Termasuk pembukaan Fairmont Jakarta, Raffles Jakarta, Westin, Rosewood dan Waldorf Astoria, tahun ini hingga tiga tahun ke depan.

Demikian halnya dengan pasokan untuk pasar Bali yang terus konsisten menguat, kendati terus dirundung masalah lingkungan, dan pembangunan yang tak terkendali terutama di sepanjang pantai selatan.

Sekitar 5.400 kamar masuk pasar pada 2014, termasuk Sofitel Nusa Dua Bali. Jumlah ini hanya 20% dari pasokan pada 2013 sebanyak 27.600 kamar. Sementara untuk tahun ini hingga 2018, Bali akan dipenuhi 7.700 kamar baru. Sebanyak 47% di antaranya beroperasi pada 2018.

Hotel-hotel yang beroperasi tahun ini adalah Alila Seminyak Bali, The Ritz-Carlton, Westin, Hotel Indigo, dan hotel-hotel di bawah kendali Tauzia Group.

Kinerja

Tingginya jumlah kedatangan melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta ternyata tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tingkat penghunian kamar (TPK). Demikian halnya dengan masa tinggal tamu (length of stay).

Mengutip Badan Pusat Statistik, Cushman and Wakefield menyatakan, TPK di Jakarta hanya naik tipis 0,3% menjadi 57,5%. Sebaliknya, tarif rerata harian (average daily rate atau ADR) dalam mata uang lokal memperlihatkan pergerakan positif, naik 12% menjadi rerata Rp 1,04 juta per malam.

Sementara TPK hotel di Bali anjlok 4% dengan ADR tumbuh 8% menjadi Rp 1,04 juta per malam. Pertumbuhan ADR ini yang mendorong pasar perhotelan di Bali terus bertahan.

Kesempatan emas

Fundamen untuk pasar perhotelan Jakarta dan Bali tetap kuat, didorong jumlah kedatangan internasional dan domestik yang terus tumbuh signifikan. Namun demikian, Jakarta dan kawasan penyangganya, masih dihantui bayang-bayang buruknya infrastruktur transportasi publik, korupsi dan seruan untuk proteksionisme ekonomi.

Cushman and Wakefield menjelaskan, kesempatan emas akan terbuka tahun ini saat terminal baru Bandara Internasional Soekarno-Hatta dijadwalkan beroperasi akhir 2015 atau paling lambat awal 2016 serta peningkatan kapasitas dari dua terminal eksisting menjadi total 62 juta penumpang per tahun.

Demikian halnya dengan pengembangan ikon wisata lokal seperti revitalisasi Kota Tua dan Monumen Nasional, akan menjadi modal bagi Jakarta untuk menaikkan TPK dan juga ADR.

Sementara prospek Bali, akan datang dari pertumbuhan kedatangan asal Australia, Tiongkok, Malaysia dan Singapura. Pendatang dari Eropa seperti Perancis, Inggris dan Jerman juga terus tumbuh antara 8% hingga 15%. (Hilda B Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×