kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Soal rempah dan penyegar, Indonesia sepuluh besar


Minggu, 06 Juli 2014 / 21:43 WIB
Soal rempah dan penyegar, Indonesia sepuluh besar
ILUSTRASI. Manfaatkan Promo Traveloka Tiket Bus & Shuttle dengan Diskon Hemat Hingga 25%


Reporter: Mona Tobing | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Tidak ada yang menyangkal bahwa Indonesia merupakan negara penghasil terbaik komoditas rempah dan penyegar kelas dunia. Pada enam komoditas seperti, kopi, kakao, teh, lada, cengkeh dan pala, Indonesia menjadi negara sepuluh besar penghasil rempah dan penyegar.

Kopi Indonesia menempati posisi nomor tiga dunia dengan keunggulan specialty coffee dengan citarasa aroma spesifik. Begitu juga dengan produksi kakao dimana Indonesia menempati posisi ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Gana. Sementara teh, Indonesia menempati posisi ketujuh yang keunggulannya memiliki bahan antioksidan tertinggi di dunia.

Lalu, keunggulan lada Indonesia yang memiliki citarasa dan aroma spesifik dengan kadar peperin tinggi nomor dua di dunia. Cengkeh Indonesia bahkan menjadi juara satu di dunia dengan citarasa dan aroma spesifik karena kandungan eugenol yang tinggi. Terakhir, pala juga menjadi nomor satu di dunia yang memiliki citarasa dan aroma kuat.

Alhasil, sumbangan komoditas penghasil rempah dan penyegar pada kas negara cukup tinggi. Pada tahun 2013 lalu, Kemtan mencatat nilai devisa enam tanaman rempah dan penyegar mencapai US$ 2,94 miliar.

Azwar Abu Bakar, Direktur Tanaman Rempah Penyegar Kementrian Pertanian mengatakan, pemerintah akan memacu produksi tanaman rempah dan penyegar. Tahun ini, pemerintah optimis target produksi untuk masing-masing komoditas naik 10%.

"Hanya saja harus diakui terjadi penurunan produksi untuk beberapa komoditas pada tahun 2011 turun drastis. Sebab, luas areal tanamnya memang berkurang. Namun mulai mengalami kenaikan produksi sejak tahun lalu. Kami telah siapkan langkah strategis untuk pengembangan komoditas ini berbasis ekspor setelah kebutuhan dalam negri terpenuhi," ujar Azwar pada akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×