Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aryani Arifuddin, Ketua Bidang Humas dan Publikasi DPP Amphuri (Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia) menjelaskan untuk mengimbangi kompetisi bisnis perjalanan haji dan umrah, serta disrupsi dari pihak e-commerce, pihaknya menyiapkan Aisyah (Amphuri Information System Syariah).
"Ini platform yang dikembangkan oleh Amphuri yang siap dan mampu merespon disrupsi inovasi secara tepat," tutur Aryani kepada Kontan.co.id, Senin (22/7).
Sebagai informasi, Kementerian Agama pada pekan lalu mengumumkan akan mengembangkan aplikasi umrah online bernama Umrah Digital Enterprise, kongsi antara Pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi, yang melibatkan Traveloka dan Tokopedia.
Baca Juga: Kemenag: Penyelenggaraan umrah harus lewat PPIU Kemenag: Penyelenggaraan umrah harus lewat PPIU
Kerja sama yang akan berjalan setelah musim haji tahun 2019 tersebut, mendapatkan tentangan dari Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh). Alasannya, kekuatan modal dan jaringan kedua unicorn itu akan mematikan usaha agen travel lokal atau konvensional.
"Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi pasar umrah yang potensial. Wajar, jika kondisi pasar seperti ini membuat para pelaku industri e-commerce melirik ke sektor usaha yang dikenal tidak sekadar bisnis, tapi sarat dengan nilai ibadah. Tapi wajar pula jika kehadiran mereka mengundang protes pelaku bisnis biro travel penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU), termasuk asosiasi pun ikut bersuara lantang," imbuhnya.
Aryani berkata sejak dulu persaingan bisnis perjalanan umrah sangat sengit dan ditambah dengan adanya teknologi informasi saat ini mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.
Dengan begitu, AMPHURI sendiri, sudah jauh-jauh hari telah menyiapkan Aisyah (Amphuri Information System Syariah) untuk mengikuti perubahan model bisnis, proses bisnis, hingga ekosistem di sektor mana pun akan terjadi, termasuk umrah. Platform ini pula yang disebut Aryani sebagai penanda kesiapan pihaknya bersaing di era digitalisasi.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Arrayan Al Mubarak, agen umrah dan haji, Rudianto Prasetyadi berkata pihaknya tidak lagi khawatir dengan adanya kongsi pemerintah dan e-commerce melalui aplikasi digital, sebab penyelenggaraan ibadah umrah tetap dilakukan oleh PPIU sesuai regulasi UU No 8 tahun 2019 tentang penyelenggaraan Haji dan Umrah.
"Bisnis agen haji dan umrah sempat terkena bencana saat kasus First Travel dan Abu Tour mencuat. Memang agen tak berizin dan tak memenuhi standar lebih banyak. Tapi saat ini regulasi perizinan pun makin ketat. Nah persaingan makin ketat, sebagaimana bisnis umumnya. Namun, kami tidak khawatir," tutur Rudianto kepada Kontan.co.id.
Pihaknya melihat bisnis umrah meningkat sejak 3-4 tahun terakhir. Rudianto berkata bahkan tahun lalu calon jamaah haji mencapai menembus angka 1 juta. Sementara jumlah 800.000 sampai 900.000 calon jamaah menjadi angka yang biasa. "Tahun ini masih bagus, berpeluang mencapai 1 juta jemaah lagi," ujarnya.
Senada, Aryani melihat bisnis umrah tahun ini masih akan cemerlang seperti tahun lalu.
"Tahun sebelumnya Indonesia menjadi jamaah terbanyak kedua (1.005.000 jamaah) setelah Pakistan, sebagian di antaranya berasal dari Amphuri (dengan lebih dari 400 anggotanya) yang memberangkatkan lebih dari 400 ribu," pungkas Aryani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News