Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daftar prestasi anak Indonesia di kancah internasioal bertambah. Kali ini, kabar gembira datang dari perusahaan rintisan (startup) dengan nama Mycotech Lab (MYCL) yang berhasil menjadi salah satu finalis Earthshot Prize, inisiatif Pangeran WIlliam dari dari Kerajaan Inggris.
"Kami menyampaikan news terbaru dari MYCL. Semalam MYCL jadi salah satu finalis Earthshot Prize inisiatif dari Pangeran WIlliam," kata Annisa Wibi, Co-Founder dan CFO MYCL kepada Kontan.co.id, Rabu (25/9/2024).
Baca Juga: Bisnis MYCL dan eFishery Berhasil Berkembang Berkat Dana Hibah Bank DBS
Perusahaan bioteknologi asal Bandung, Jawa Barat ini masuk dalam kategori "To Clean Our Air (Untuk membersihkan Udara Kita)." Keberhasilan ini patut membanggakan. Pasalnya, masuk 15 finalis baru untuk The Earthshot Prize dari ribuan peserta sedunia.
"Perusahaan dari Indonesia pecah telur bisa masuk seleksi top 15 dari 2,400 perusahaan," sebut Annisa.
Selain MYCL, dalam kategori "To Clean Our Air" ada dua kandidat pemenang lain.
Mereka adalah d.light dari Kenya dan Green Africa Youth Organization atau GAYO dari Ghana.
Baca Juga: Sektor Teknologi Israel Tetap Tangguh, Tapi Hadapi Ketidakpastian Pendanaan
Adapun light bergerak menyediakan energi bersih dan murah di pedalaman Afrika.
Sementara itu GAYO merupakan proyek ambisius yang bertujuan mengubah perilaku pengelolaan limbah di Afrika.
Untuk pengumuman pemenang The Earthshot Prize akan digelar dalam seremoni Earthshot Week 2024 di Cape Town, Afrika Selatan, pada 6 November 2024. Untuk pemenangnya berhak mendaparkan hadiah £1 juta.
MYCL mampu mengubah limbah tanaman menjadi lembaran halus, dan menggunakan teknologi budidaya jamur untuk kultivasi mycelium.
Baca Juga: GoWork Studio Podcast: Ruang Kreatif Baru untuk Podcaster Indonesia
Hal ini kemudian diproses dengan menggunakan teknik bio-engineering untuk memproduksi material sustainable yang serupa kulit.
Inovasi ini ikut menjadi jalan keluar untuk produksi komoditas kulit tradisional, yang umumnya menggunakan zat beracun yang berkontribusi terhadap pencemaran global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News