Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penugasan impor jagung yang diberikan ke Perum Bulog dinilai Kementerian Pertanian (Kemtan) sebagai upaya pengadaan jagung bagi peternak telur mandiri di tengah masalah distribusi jagung yang tidak merata. Kemtan menyebutkan, stok jagung sebenarnya ada, namun tersebar di luar Jawa, sehingga peternak mandiri maupun industri kewalahan akibat biaya distribusi antar pulau yang mahal.
"Ada sebaran yang tidak merata antara produksi jagung dan lokasi pabrik,' kata Sekretaris Jenderal Kemtan Syukur Iwantoro, Sabtu (3/11).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kemtan, tahun ini produksi jagung diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK). Kemudian, ketersediaan produksi jagung hingga bulan November sebesar 1,51 juta ton, dengan luas panen 282.381 hektare.
Kemudian pada Desember 2018 akan mencapai 1,53 juta ton, dengan luas panen 285.993 hektare. Panen ini tersebar di sentra produksi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontolo, Lampung, dan provinsi lainnya.
Sementara dari sisi kebutuhan, berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kemtan, kebutuhan jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15, 5 juta ton pipilan kering (PK), terdiri dari pakan ternak sebesar 7,76 juta ton PK, petemak mandiri 2,52 juta ton PK, untuk benih 120 ribu ton PK, dan induslri pangan 4,76juta ton PK.
Dengan perhitungan tersebut, Indonesia masih surplus sebesar 12,98 juta ton PK, dan bahkan Indonesia telah mengekspor jagung ke Filipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton.
Syukur menegaskan, data-data tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang digunakan Kemtan sebagai acuan.
Selain stok dinilai aman, Syukur menyampaikan, yang menjadi kendala berikutnya adalah biaya distribusi jagung dari sentra produksi ke pabrik yang mahal. Menurutnya, biaya transportasi dari Tanjung Priok ke Tanjung Pandan menghabiskan biaya lebih besar daripada Priok ke Pelabuhan Port Klang Malaysia yang berdekatan dengan Singapura.
Maka dari itu, pihaknya tengah mendorong industri peternakan ayam untuk mendekati sentra produksi. "Kami mendorong pabrik pakan dan pengembangan agribisnis unggas di daerah sentra produksi. Tidak bangun di Jawa saja tapi di luar Jawa," jelasnya.
Dorongan tersebut bakal diikuti dengan skema insentif yang akan pihaknya usulkan kepada Kemenko Perekonomian.
Dalam catatan Syukur, saat ini terdapat ada 93 pabrik pakan di Indonesia yang mayoritas berada di Jawa. Misalnya di Jawa Timur 21 unit, Jawa Tengah 12 unit, Jawa Barat 11 unit, DKI Jakarta 6 unit, Banten 16, Sumatra Utara 11 unit, Lampung 5 unit, Sulawesi Selatan 7 unit, Kalimantan Selatan 2 unit, Kalimantan Barat 1 unit dan Sumatra Barat 1 unit.
"Beberapa pabrik pakan di daerah seperti, Banten, DKl Jakarta, Kalbar dan Kalsel, tidak berada di sentra produksi jagung," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News