kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Stok menipis, ekspor CPO anjlok


Jumat, 11 November 2016 / 08:16 WIB
Stok menipis, ekspor CPO anjlok


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Dalam beberapa bulan terakhir, stok minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) terus turun. Hal itu disebabkan rendahnya produksi CPO sebagai dampak El Nino tahun 2015. Penurunan produksi ini menyebabkan harga CPO global ikut merangkak naik. Sayangnya, ekspor CPO juga ikut turun.

Pada bulan September, harga CPO tercatat bergerak di kisaran US$ 740 per metrik ton hingga US$ 795 per metrik ton. Sementara pada bulan Oktober, harganya sedikit terkoreksi di kisaran US$ 690–US$ 755 per metrik ton. Harga CPO yang tinggi pada September membuat permintaan CPO global ikut turun.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor CPO dan turunnya termasuk biodiesel dan oleochemical pada September menurun sebesar 15,5% dibandingkan ekspor pada Agustus 2016. Bila pada bulan Agustus ekspor mencapai 2,23 juta ton, pada bulan September, ekspor anjlok menjadi 1,89 juta ton.

"Ekspor minyak sawit Indonesia tergelincir karena lemahnya permintaan pasar global terutama negara-negara Uni Eropa,  Amerika Serikat, dan China," ujar Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan, Kamis (10/11).

Fadhil menjelaskan, stok minyak sawit yang menipis menjadi pemicu kenaikan harga CPO di pasar global. Stok minyak sawit Indonesia pada September tercatat sebesar 2,17 juta ton. Para traders memilih menunggu produksi kelapa sawit membaik sampai stok kembali bertambah, sehingga bisa mendorong penurunan harga. 

Gapki mencatat penurunan ekspor CPO paling besar terjadi di negara-negara Uni Eropa yang mencatat penurunan  sebesar 55%. Bila sebelumnya permintaan CPO dari Uni Eropa mencapai 486.050 ton, pada bulan September, jumlahnya merosot menjadi 216.590 ton. Penurunan ini disusul China yang turun 11% dari 267.980 ton menjadi 239.420 ton, kemudian ke India juga turun 7% dan ekspor ke negara-negara Timur Tengah turun 11,45%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Asmar Arsyad mengatakan, petani tetap menikmati tren kenaikan harga CPO di pasar global ini, kendati kinerja ekspor Indonesia cenderung turun. Saat ini, harga Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik sebesar Rp 1.840 per kilogram (kg) dan di tingkat petani sekitar Rp 1.500−Rp 1.600 per kg. Padahal, pada bulan Agustus dan September lalu, harga TBS masih di kisaran Rp 1.400 per kg. "Di tingkat petani tidak ada masalah meskipun ekspor turun. Sebab, harga TBS justru naik," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×