kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Gojek masuk ke Bank Jago untuk memperkuat ekosistem bisnis dinilai tepat


Jumat, 18 Desember 2020 / 19:13 WIB
Strategi Gojek masuk ke Bank Jago untuk memperkuat ekosistem bisnis dinilai tepat
ILUSTRASI. Strategi Gojek masuk ke Bank Jago sejalan dengan langkah perusahaan membesarkan layanan keuangan digital di Indonesia, serta rencana Bank Jago yang akan fokus menjadi bank digital. KONTAN/Muradi/17/6/2020


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) terus memperkuat pangsa pasar dari ekosistem bisnisnya. Kali ini Gojek melakukan investasi langsung ke sektor perbankan dengan membeli saham Bank Jago di pasar negosiasi. 

Strategi Gojek ini sejalan dengan langkah perusahaan membesarkan layanan keuangan digital di Indonesia, serta rencana Bank Jago yang akan fokus menjadi bank digital. 

Fendy Susiyanto, pengamat pasar modal dari Finvesol Consulting, menilai, strategi Gojek melebarkan sayap ke perbankan digital sebagai langkah yang tepat untuk menumbuhkan bisnisnya dan bisa menjadi solusi bagi jutaan pelaku usaha yang ada di dalam ekosistemnya. 

Menurutnya, dengan ratusan ribu UMKM dan jutaan driver, Gojek membutuhkan peran perbankan untuk mendorong pelaku usaha tersebut memperbesar kapasitas bisnisnya dengan suntikan modal usaha.

"Sinergi Gojek dengan Bank Jago akan semakin memantapkan kehadiran sistem keuangan dan perbankan digital di Indonesia. Masuknya Gojek ke industri keuangan juga membuktikan bahwa bank masih memiliki posisi strategis dalam perekonomian," jelas Fendi dalam keterangan resminya, Jumat (18/12).

Dalam keterbukaan informasi Bank Jago ke Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Andre Soelistyo, Co-CEO Gojek, mengatakan, investasi perseroan di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gojek ke depannya. 

Menurut Andre bank berbasis teknologi seperti Bank Jago akan memperkuat ekosistem Gojek sekaligus akan membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi kedua perusahaan untuk mendorong percepatan inklusi keuangan di Indonesia.

Andre bilang, kolaborasi itu akan menjadi awal dari cara baru dalam menawarkan layanan keuangan kepada para pengguna Gojek. Dengan begitu, Gojek dapat mengembangkan model agar bisa bermitra dengan berbagai institusi perbankan lainnya. 

"Kami ingin terus meningkatkan kerjasama seperti ini, agar aplikasi Gojek dapat semakin menjadi andalan masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan finansial mereka," kata Andre.

Gojek menjadi pemegang saham Bank Jago dengan bendera PT Dompet Karya Anak Bangsa. Transaksi sebanyak 1.956.600.000 saham di harga Rp 1.150 per saham atau sekitar Rp 2,25 triliun itu, membuat Gopay kini menguasai 22,16% saham Bank Jago. Sebelumnya, Gopay telah memiliki 449.145.000. Sehingga, setelah transaksi saham Gopay menjadi 2.405.745.000. 

Potensi bank digital  

Fendi menambahkan, kehadiran bank digital akan semakin penting mengingat infrastruktur di masyarakat sudah tersedia. Contohnya pengguna smartphone dan jaringan infrastruktur telekomunikasi yang telah menjangkau hampir 80% populasi di berbagai wilayah di Indonesia. 

Dengan penetrasi pengguna smartphone di Indonesia mencapai lebih dari 200 juta, pasar ekonomi digital sangat besar. Dan, investasi Gojek juga terjadi pada waktu yang tepat, yakni memanfaatkan terjadinya akselerasi digitalisasi selama masa pandemi.

Peran strategis bank sebagai lembaga intermediasi, menurut Fendi, akan menemukan momentumnya melalui digitalisasi produk dan layanan. Jutaan UMKM dan masyarakat yang selama ini belum mendapatkan akses bank dapat dengan mudah dijangkau hanya dengan smartphone.

"Gojek sudah punya ekosistem bisnis yang matang dengan jutaan pengguna, jutaan driver dan ratusan ribu UMKM. Sebagai pemimpin pasar, masuknya Gojek tentunya akan mendorong percepatan bisnis Bank Jago, mengingat infrastruktur dan pasarnya sudah siap. Biaya untuk mendapatkan nasabah baru atau “user acquisition” juga lebih efisien," ungkap Fendi.

Selain populasi yang sangat besar, Indonesia juga memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Di tahun 2030 PDB Indonesia bahkan diproyeksikan mencapai USD 10,1 triliun dan menjadi negara ke-empat dengan ekonomi terbesar di dunia versi Standard Chartered. 

Dengan potensi pasar sebesar itu, banyak lembaga keuangan dunia berambisi untuk masuk ke Indonesia. Bahkan, sejumlah lembaga yang mendapatkan lisensi bank digital di Singapura belum lama ini diyakini menjadikan Indonesia sebagai target utama.

Menurut Fendi persaingan perbankan akan semakin ketat dengan hadirnya layanan dan produk berbasis digital. Karena itu, Indonesia memiliki kepentingan untuk melahirkan bank-bank digital yang kuat dan kompetitif. 

"Penting sekali mendukung lahirnya bank digital lokal yang kuat. Dengan sumber daya dan pengalaman yang ada, SDM lokal punya kapasitas untuk melahirkan bank digital lokal yang besar. Bank Jago salah satu yang didukung SDM yang sudah terbukti karyanya di industri perbankan nasional," tandas Fendi.

Selanjutnya: Gojek kucurkan investasi Rp 2,25 triliun kuasai 22% saham Bank Jago

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×