kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

STX Berminat Kuasai Kilang Banten Bay Refinery


Rabu, 29 Juli 2009 / 06:05 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati |

JAKARTA. STX Pan Ocean Co. Ltd telah melayangkan surat kepada PT Pertamina (Persero) untuk menyatakan minatnya untuk bergabung dalam konsorsium pembangunan kilang Bojanegara, Banten Bay Refinery. Hanya saja, keikutsertaanya tersebut dengan persyaratan tertentu yang memusingkan Pertamina.

Juru Bicara Pertamina Basuki Trikora Putra enggan buka-bukaan soal syarat dari STX tersebut. "Jangan sampai ada dispute dengan mitra yang lain. Kita tunggu saja," ujarnya, Selasa (27/7).

Namun Basuki menjelaskan, jika nantinya STX disetujui oleh ketiga perusahaan untuk menjadi bagian dalam konsorsium maka porsi kepemilikan Pertamina 40%, NIORDC 40% dan Petrofield 20% bisa berubah.

"Tidak serta merta seperti itu, karena kan masih harus lapor ke BKPM. Selain itu, Bankable Feasibility Study juga menjadi isu utama untuk mencari pinjaman. Karena pendanaan untuk kilang ya memang harus kita cari. Tapi kan belum dipastikan berapa yang dari kas internal, lalu berapa dari pinjaman," kata Basuki.

Sumber KONTAN berbisik, syarat yang diajukan STX terkait keinginan perusahaan tersebut untuk menjadi pemegang mayoritas kepemilikan kilang. Masalah pendanaan yang akan dialami NIORDC karena sulit mencari pinjaman akibat sentimen kebijakan Amerika Serikat menurutnya menyebabkan STX memegang kendali atas proyek tersebut.

"Makanya STX berani meminta porsi terbesar," kata sumber tersebut.

Dengan kondisi seperti itu, STX memang memegang kunci utama pengembangan kilang Banten. Maklum, dalam perkiraan awal Pertamina proyek tersebut membutuhkan dana yang luar biasa besar sekitar US$ 4 miliar. Dimana setiap perusahaan berkewajiban menyetorkan investasi sesuai porsi kepemilikannya masing-masing. Nah ditengah kesulitan untuk mencari pinjaman seperti saat ini, bergabungnya perusahaan lain ke dalam konsorsium tentu akan meringankan beban Pertamina.

Pembangunan tahap pertama kilang Banten dengan kapasitas olah awal 150.000 bph ini rencananya dilakukan pada 2010. Diharapkan pada 2015 sudah dapat menambah produksi BBM Pertamina, yaitu premium sebanyak 42.194 bph, minyak tanah 30.223 bph dan solar 57.763 bph. Dimana sebanyak 70% produknya diperuntukkan untuk pasar domestik dan sisanya diekspor sesuai standar Euro IV.

Selain kendala biaya investasi yang besar dan kepastian pasokan minyak mentah jangka panjang, kendala lain yang dihadapi ketiga perusahaan dalam membangun kilang Banten adalah keuntungan yang diperoleh dari bisnis kilang sangat kecil. Dalam hitungan Pertamina, investment rate of return (IRR) kilang tersebut hanya 10%. Sementara, kalau mau pembangunan proyek itu menjadi ekonomis setidaknya dibutuhkan IRR sebesar 14%. Untuk mencapai keekonomian tersebut, saat ini Pertamina tengah meminta tambahan insentif perpajakan dan pembebasan bea masuk pembangunan kilang kepada Pemerintah. Dimana usulan tersebut telah dievaluasi oleh Ditjen Migas dan disampaikan kepada Departemen Keuangan.

Hari Rabu (29/7) ini, agenda penandatanganan pembentukan perusahaan bersama dengan dua mitranya yang lain yaitu National Iranian Oil Refining and Distribution Company (NIORDC) asal Iran dan Petrofield dari Malaysia akan tetap dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×