Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) akui importasi cabai segar untuk konsumsi rumah tangga tidak mudah. Pasalnya, produsen cabai di dunia ini tidak banyak. Kalaupun ada, jenisnya berbeda dan tidak sesuai dengan cita rasa masyarakat Indonesia.
Bayu Krisnamurthi Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, salah satu negara produsen cabai yang jenisnya mirip dengan yang ditanam oleh petani Indonesia adalah Thailand. "Tetapi untuk kirim dari Thailand ke sini (Indonesia) membutuhkan waktu 7-10 hari," kata Bayu, Jumat (24/1).
Menurut Bayu, bulan Januari ini produksi hortikultura lokal memang rendah karena di beberapa wilayah sentra produksi sedang dalam tahap penanaman. Guna mengantisipasi hal tersebut, Kemendag juga telah memberikan izin impor kepada para importir.
Mengutip data Kemendag untuk semester I tahun ini permohonan izin impor cabai yang diberikan sebanyak 130 ton. Sebelumnya, Bachrul Chairi Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan, jumlah perusahaan importir cabai hanya satu perusahaan. "Sulit untuk mencari cabai," kata Bachrul.
Sukoco, Koordinator Wilayah Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Timur mengatakan, saat ini masih belum memasuki musim panen raya cabai. "Saat ini belum panen, kalau ada masih sedikit. Selain itu juga ada gangguan hujan," kata Sukoco.
Panen cabai sendiri menurut Sukoco akan berlangsung pada bulan Februari hingga Mei mendatang. Luas areal tanam cabai untuk jenis cabai besar dan keriting di Jawa Timur mencapai 2.200 hektare (ha), sementara untuk luas areal pembudidayaan cabe rawit 7.000 ha-8.000 ha.
Beberapa daerah sentra cabai di Jawa Timur tersebut antara lain, Banyuwangi, Kediri, Blitar dan Malang. "kalaupun ada panen saat ini masih sekitar 30% dari total potensi produksi cabai," kata Sukoco tanpa merinci.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News