Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) memastikan telah memperoleh dana dari penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebesar Rp 143 miliar. Dana rights issue tersebut rencananya akan digunakan untuk pengembangan usaha di tahun 2020 nanti.
Sekadar informasi, Oktober 2019 lalu ITMA melakukan rights issue dengan harga pelaksanaan Rp 750 per saham dan nominal saham baru sebesar Rp 50 per saham.
Direktur Utama ITMA Rocky Oktanso Sugih mengatakan, pihaknya mencoba mencari peluang bisnis baru dengan cara akuisisi perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur tambang atau energi.
Baca Juga: KPK: Tak satu pun perusahaan tambang ilegal yang ditindak Kementerian ESDM
Namun, ia belum bisa menjabarkan nama-nama perusahaan yang diincar. Yang pasti, ITMA menargetkan agar rencana ekspansi tersebut bisa terealisasi di tahun depan.
"Sekarang masih dalam pengkajian dan harapannya bisa segera ditingkatkan menjadi MoU," ujar dia kepada Kontan, Selasa (27/11).
Bentuk ekspansi ITMA tak hanya berupa akuisisi. Emiten ini juga tengah menjajaki sejumlah proyek di bidang pertambangan dan kelistrikan.
Hanya saja, Rocky sadar bahwa dana yang diperoleh dari rights issue sebenarnya belum cukup untuk membiayai banyak proyek. Makanya, ITMA hanya mengincar paling tidak satu proyek di tahun depan.
Baca Juga: Setoran PNBP capai Rp 4,2 triliun, Freeport diganjar penghargaan IMA Award 2019
Ia melanjutkan, untuk proyek di sektor kelistrikan, ITMA membuka peluang untuk berpartisipasi pada proyek energi baru dan terbarukan (EBT). Selain cukup prospektif, proyek EBT dinilai cocok dengan kondisi finansial terkini ITMA.
Rocky menyebut, saat ini rencana ITMA untuk masuk ke dalam bisnis EBT sedang dikaji. Ada kemungkinan ITMA akan memprioritaskan bisnis panel surya. Sebab, energi surya relatif lebih mudah diperoleh di Indonesia dan cukup realistis dengan jumlah dana yang dikantongi ITMA.
"Kalau tenaga hidro sangat tergantung dari debit air dan di kawasan Jawa agak susah mencari itu," kata dia.
Baca Juga: Emiten berbondong-bondong garap tambang emas, ini kata analis
Lantas, sebelum rencana akuisisi atau proyek benar-benar terealisasi, ITMA akan tetap fokus berbisnis di bidang pertambangan dan jasa konsultasi pertambangan.
Sekadar catatan, pada semester I 2019 lalu ITMA meraih pendapatan sebesar US$ 6 juta atau turun 2,59% (yoy) dari semester I 2018 sebesar US$ 6,16 juta. Rocky bilang, mayoritas pendapatan ITMA disumbang bisnis transportasi tambang anak usahanya yaitu PT Mitratama Perkasa.
Adapun laba bersih ITMA di semester I 2019 tercatat sebesar US$ 3,92 juta. Laba ini turun 21,12% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu senilai US$ 4,97 juta.
Baca Juga: Tambang emas milik Ancora Indonesia (OKAS) akan beroperasi pada 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News