Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Musim kering yang berkepanjangan di wilayah Utara Selandia Baru menyebabkan produksi susu seret. Padahal, permintaan produk susu dunia tengah montok-montoknya. Dampak dari ketidakseimbangan suplai dan permintaan itu tercermin dari tren harga susu bubuk di pasar global yang mulai terlihat sejak awal tahun.
Fonterra Cooperative Group Ltd. menyatakan, harga susu bubuk di pasar internasional sudah mulai diperdagangkan di level antara US$ 3.250 hingga US$ 3.600 per ton sejak awal Januari 2010 lalu. Dalam yang digelar awal April 2010 lalu harga susu bubuk itu menyentuh US$ 4.092 per ton. Level itu merupakan yang paling tinggi sejak Juli 2008 sekaligus lompatan harga yang paling tinggi sejak September 2009.
Lelang bulan Mei ini dilansir Selasa (4/5) kemarin, namun Global Dairy Trade belum merilis hasilnya. "Permintaan dari pasar Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia terus berkembang. Di sisi lain, produksi susu global mulai melambat," kata Fonterra Chief Executive Officer Andrew Ferrier, seperti dikutip dari Bloomberg, akhir April lalu.
Fonterra merupakan perusahaan yang mendapat setoran susu dari 10.500 pemerah di Selandia Baru. Tahun lalu, Fonterra menadah 14,7 miliar liter susu. Sepanjang tahun ini, produksi susu kemungkinan akan naik tipis sebesar 2% dari tahun lalu.
Saban tahun Fonterra menjual susu, mentega dan keju senilai NZ$ 17 mliar ke 140 negara di dunia. Suplai Fontera ini setidaknya mencuil 40% perdagangan produk berbasis susu di seluruh dunia. Pangsa pasar Fonterra di Selandia Baru mencapai 90% .
Sebanyak sepertiga dari produk-produk berbahan baku susu dari Selandia Baru dilempar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebanyak 11% dikirimkan ke Amerika Utara, dan 7% diekspor ke Eropa dan Amerika Selatan.
Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolahan Susu (IPS) Sabrana mengakui, terjadi kenaikan harga bahan baku susu di dunia belakangan ini. "Harga bahan baku susu impor memang ada sedikit kenaikan," ujarnya. Meski tren harga meningkat, Sabrana masih merasa belum perlu menaikkan harga jual produk susunya.
Pernyataan Sabrana tersebut diamini oleh Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Budiyana. Menurutnya, meski harga susu dunia melonjak, tidak serta merta menaikkan harga beli susu dari peternak lokal. Sebab, "Posisi tawar peternak kita terhadap IPS sebagai pembeli susu sangat lemah," kata Teguh.
Namun, dengan adanya kenaikan harga susu bubuk di pasar internasional ini, Teguh berharap pemerintah melindungi peternak dalam negeri. "Kalau harga susu dunia naik, setidaknya ada penyesuaian harga beli susu segar di tingkat petani lokal," ungkapnya.
Asal tahu saja, dari total produksi susu lokal sekitar 1.300 ton - 1.400 ton per hari, sebanyak 95% nya digunakan untuk memasok industri pengolahan susu. Dari jumlah itu, susu dari lokal hanya bisa memenuhi kebutuhan industri sebesar 25%-nya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News