Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Peta bisnis perusahaan infrastruktur swasta di tanah air bakal berubah. Ini seiring rencana Rajawali Corpora yang berencana melepas kepemilikan sahamnya di PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), menjadi salah satu perusahaan yang ingin menadah penjualan saham itu.
Salah satu yang bisa disebut sebagai wujud keseriusan Surya Semesta adalah rencananya turun tangan mengeksekusi pembelian saham Nusantara Infrastrcture. "Akuisisinya langsung oleh SSIA, bukan melalui PT Lintas Marga Sedaya," terang Johannes Suriadjaja, Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk kepada KONTAN, KamisĀ (2/7).
Padahal sejatinya Lintas Marga cukup mewakili kepentingan Surya Semesta itu. Paling tidak dari sisi bidang usaha, apa yang digeluti Lintas Marga mirip dengan bisnis Nusantara Infrastructure.
Merunut informasi laporan keuangan Surya Semesta per 31 Maret 2015, Lintas Marga bisa disebut sebagai cicit perusahaan Surya Semesta Internusa. Lintas Marga adalah entitas asosiasi milik PT Bhaskara Utama Sedaya.
Nah, Surya Semesta memiliki Bhaskara Utama melalui dua anak perusahaan, yakni PT Karsa Sedaya Sejahtera dan PT Nusa Raya Cipta Tbk. Karsa Sedaya lebih dahulu membeli saham Bhaskara Sedaya dari PT Baskhara Lokabuana sebanyak 45,62% pada 27 September 2012.
Sementara Nusa Raya baru membeli saham Bhaskara Sedaya dari PT Kencana Anugerah Sejahtera pada 15 November 2013. Pasca Nusa Raya masuk, persentase kepemilikan saham Surya Semesta di Bhaskara Sedaya secara langsung dan tidak langsung naik menjadi 55,28%.
Pada tanggal 12 Juni 2014, Karsa Sedaya memberikan pinjaman Mezzanine kepada Lintas Marga sebanyak Rp 515,89 miliar yang akan diberikan dari tahun 2014-2015 untuk membiayai sebagian pembangunan jalan tol CikampekāPalimanan.
Sayangnya meski mengaku berhasrat menambah portofolio bisnis, Surya Semesta masih enggan memerinci estimasi nilai investasi yang akan mereka keluarkan. "Baru ada interest saja sih, karena sama-sama infrastruktur, masih terlalu dini," dalih Johannes.
Ada kompetitor
Jika Surya Semesta akan merogoh kas internal untuk membiayai akuisisi saham Nusantara Infrastructure, per 31 Maret 2015 perusahaan itu masih mengantongi kas/setara kas Rp 1,18 triliun. Lalu, dengan catatan kewajiban Rp 2,84 triliun dan ekuitas Rp 3,35 triliun, perusahaan itu memiliki rasio utang terhadap ekuitas sebesar 0,85 kali.
Namun, harapan Surya Semesta menjadi bagian dari pemilik saham Nusantara Infrastructure tak bakal semudah membalikkan telapak tangan. Perusahaan berkode SSIA di Bursa Efek Indonesia itu harus bersaing dengan kompetitor.
Sebelumnya, Managing Director Rajawali Corpora Darjoto Setyawan bilang, ada lima penawar Nusantara Infastrcuture. Para penawar berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Di antara para kompetitor, ada perusahaan infrastruktur lokal yang ikut mengajukan penawaran.
Sebagai informasi, Rajawali Corpora memiliki Nusantara Infrastructure melalui Eagle Infrastructure Fund Limited. Berdasarkan laporan keuangan Nusantara Infrastructure per 31 Maret 2015, Eagle Infrastructure mengempit 22,32% saham.
Surya Semesta pun sadar akan tantangan itu. Kalaupun perusahan itu yang menjadi pemenang, mereka tak yakin eksekusi jual-beli saham tuntas tahun ini. "Iya, tender masih panjang, makanya belum tentu bisa diekseskusi tahun ini," tandas Johannes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News