Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perusahaan agribisnis multinational, PT Syngenta Indonesia tengah mengembangkan benih padi hibrida yang tahan terhadap hama. Rencananya, benih unggulan ini akan dirilis dua tahun mendatang, sekitar tahun 2019. Proses penelitian benih padi tersebut dimulai sejak tahun 2012.
"Sekarang sudah sampai tahap uji lapangan. Butuh proses sekitar enam sampai delapan tahun untuk merilis satu produk dengan varietas baru," terang Midzon Johannis, Head Of Corporate Affairs Syngenta Indonesia beberapa waktu lalu
Uji lapangan benih jagung hibrida ini dilakukan di sekitar pulau Jawa. Midzon menjelaskan, setelah tahap uji lapangan selesai, pihaknya harus mendaftarkan varietas baru ke Kementerian Pertanian (Kemtan). "Varietas produk kami harus terdaftar dulu di Kementerian Pertanian sebelum dirilis," ujar Midzon.
Selama ini Syngenta dikenal dengan produksi obat kimia untuk tanaman, benih jagung, dan hortikultura. Benih padi hibrida merupakan komoditas baru dalam sektor bisnis Syngenta.
"Kami merambah komoditas padi sebagai salah satu upaya memperkuat pasar di Asia, khususnya Indonesia," jelas Parveen Kathuria, Presiden Direktur Syngenta Indonesia.
Syngenta Indonesia mengalokasikan dana sebesar Rp 50 miliar per tahun untuk kebutuhan riset di Indonesia. Parveen mengatakan secara global, perusahaan ini menganggarkan dana sekitar 11% dari total pendapatan tiap tahun untuk R&D. "Tahun ini kami anggarkan 11% dari pendapatan tahun 2016 yang mencapai US$ 12,8 miliar," ungkapnya.
Benih padi tersebut akan dikembangkan di pabrik benih Syngenta yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur. Pabrik tersebut berkapasitas 6.000 ton - 8.000 ton per tahun. "Saat ini, masih ada space sekitar 22% - 25% dan belum kami gunakan," ujar Midzon.
Benih padi yang tengah dalam proses ini memiliki keunggulan tahan hama wereng dan bakteri BLB. Midzon bilang berdasarkan hasil riset di lapangan, para petani kerap mengeluhkan serangan dua penyakit tersebut.
"Ke depannya, mungkin kami bisa kembangkan benih tahan perubahan cuaca. Cuaca sering juga jadi kendala agribisnis di Indonesia," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News