Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Asian Agri menahan diri untuk ekspansi tahun 2015 mendatang. Perusahaan ini memilih untuk intensifikasi lewat replanting. Sementara di sisi produksi tetap sama dengan pencapaian sepanjang tahun 2014.
Tahun ini, Asian Agri menganggarkan belanja modal sebesar Rp 200 miliar sampai Rp 250 miliar. Belanja modal ini dialokasikan untuk replanting kebun sawit inti dengan luas sampai 6.000 hektar (ha)sampai 7.000 ha.
Replanting yang dilakukan perusahaan tahun ini lebih luas dibandingkan tahun lalu sebesar 4.000 ha. Sebab tahun ini, perusahaan juga menjaring petani plasma perusahaan dengan luas lahan mencapai 1.000 ha. Jika di rinci rencananya replanting kebun inti mencapai 5.000 ha sampai 6.000 ha.
Replanting dilakukan demi mengejar produksi dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Apalagi saat ini tanaman sudah memasuki umur tidak lagi produktif.
Secara total luas kebun plasma Asian Agri mencapai 52.761 ha dengan rincian Kebun Plasma Riau sebanyak 29.612 ha dengan jumlah 14.806 kepala keluarga. Sisanya di Jambi dengan luas lahan 23.149 ha dengan jumlah 11.575 kepala keluarga. Lalu dari petani swadaya mencapai 10.660 ha. Sementara kebun luas kebun inti mencapai 100.000 ha.
Produksi minyak kelapa sawit perusahaan disumbangkan hampir 50% berasal dari petani. Hal ini tercermin dari luasan lahan petani plasma kelapa sawit Asian Agri. Serta tambahan dari luas lahan petani swadaya.
Freddy Widjaya, General Manager Asian Agri mengatakan, karena fokus pada replanting. Perusahaan menargetkan produksi minyak kelapa sawit atau CPO tahun depan sama dengan pencapaian tahun ini. Sebesar 1 juta ton. Alasannya, replanting yang dilakukan selama satu dua tahun terakhir belum akan menghasilkan tambahan produksi dari kapasitas normal.
"Mencapai satu juta ton saja kami sudah gembira. Tahun depan tantangan meningkatkan produksi minyak sawit juga tidak mudah. Faktor iklim, juga pengaruh sosial," papar Freddy, Rabu (17/12) kemarin.
Tahun depan, Freddy mengatakan perusahaan minyak kelapa sawit menghadapi tantangan produksi bukan lagi soal pada peningkatan produktivitas. Lebih dari itu, perusahaan minyak kelapa sawit dihadapkan pada issue pengelolaan minyak kelapa sawit. Kondisi ini akan berimbas pada pasar luar negeri yang menjadi tujuan dari perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News