Reporter: Edy Can | Editor: Sanny Cicilia
SINGAPURA. Penurunan harga minyak mentah dunia ikut menekan kinerja produsen minyak kelapa sawit. Asian Agri Group pesimis kinerja tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya.
Managing Director Asian Agri Group Kelvin Tio beralasan, harga minyak kelapa sawit mentah ikut turun akibat penurunan harga minyak mentah dunia. Alhasil, dia mengatakan, penurunan harga crude palm oil (CPO) ini menekan marjin keuntungan perusahaan.
Di sisi lain, dia bilang, biaya operasional perusahaan justru meningkat akibat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi per 18 November lalu. Kelvin menerangkan, kenaikan harga BBM subsidi ikut mengerek upah dan biaya transportasi.
Sayangnya, dia enggan memprediksikan berapa penurunan keuntungan tahun ini.
Selain itu, Asian Agri khawatir penyerapan bahan bakar nabati sebagai campuran bahan bakar minyak tidak akan tercapai. Katanya, selisih harga antara minyak mentah dengan harga minyak kelapa sawit yang akan membuat Pertamina enggan melaksanakan program pencampuran bahan bakar nabati tersebut.
Apalagi, dia menilai selama ini kebijakan pencampuran bahan bakar nabati ke bahan bakar minyak bersifat imbauan. "Seharusnya ada sanksi bagi pihak yang tidak mau melaksanakannya," kata Kelvin, Kamis (4/12).
Sekadar menyegarkan ingatan, pada 2006 lalu, Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain. Aturan ini bertujuan mengurangi ketergantungan impor BBM yang berimbas pada defisit anggaran. Inti dari peraturan ini ini adalah, pemerintah mewajibkan Pertamina mencampurkan 10% biodiesel dalam minyak solar (B10).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sendiri pesimis realisasi pencampuran bahan bakar nabati hingga akhir tahun tembus 3,9 juta kiloliter. Diperkirakan, penyaluran biodiesel hanya akan mencapai 2 juta kiloliter. Pemerintah beralasan karena kendala distribusi.
Asian Agri juga mencemaskan kebijakan proteksi yang dilakukan oleh Uni Eropa seperti palm oil labelling, fat taxes dan no palm oil initiative. Menurutnya, kebijakan Uni Eropa ini bisa merusak pasar CPO Asian Agri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News