kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Tahun 2020 biaya logistik turun menjadi 21,3% dari PDB, ini faktor pendorongnya


Minggu, 31 Oktober 2021 / 16:23 WIB
Tahun 2020 biaya logistik turun menjadi 21,3% dari PDB, ini faktor pendorongnya
ILUSTRASI. Truk bermuatan petikemas menunggu antrian untuk bongkar muat di pelabuhan Jakarta International Countainer Terminal (JICT). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/02/03/2015


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengatakan bahwa biaya logistik nasional telah mengalami penurunan di tahun 2020. Dalam perhitungan ALFI, biaya logistik turun menjadi 21,3% dari produk domestik bruto (PDB).

Ketua Umum DPP ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, pihaknya yakin bahwa biaya logistik di Indonesia sudah jauh lebih baik dari waktu ke waktu. Hal itu lantaran disebutkan sebelumnya bahwa biaya logistik nasional di kisaran 23-24% dari PDB.

“Kita tahu biaya logistik itu bergantung pada volume. Kita melihat adanya kenaikan pada dua hal yakni di konsumsi dan investasi di mana menyebar di wilayah Jawa dan Timur,” ungkap dia kepada Kontan.co,id, Minggu (31/10). 

Yukki menambahkan faktor lainnya yang mendorong adanya perhitungan penurunan tersebut adalah biaya logistik yang berkaitan dengan infrastruktur 60% dan faktor perizinan 40%. 

Ia mengatakan faktor pendorong adanya penurunan biaya logistik didorong dari infrastruktur di Indonesia yang terus dibangun oleh pemerintah, seperti yang telah rampung adalah Jalan Tol Trans-Jawa. Kemudian, sedang berproses terus adalah pengerjaan Tol Trans-Sumatera.

Sementara di Indonesia timur juga banyak pelabuhan yang telah ditingkatkan sehingga semua pihak dapat memanfaatkan dan mengoptimalkannya infrastruktur yang telah ada. 

Baca Juga: Kadin soroti 5 area fokus digitalisasi industri logistik

“Kita melihat pembangunan infrastruktur dilakukan secara masif oleh pemerintah, memang belum selesai tapi ini tentu dapat memberikan para pengguna jasa untuk memilih menggunakan akses laut, darat maupun udara, dan ini memberikan dampak yang efisien,” tambah dia. 

Di samping itu, dari sisi perizinan pemerintah juga turut melakukan relaksasi melalui Omnibus Law yang telah mendorong kemudahan. Menurutnya secara tidak langsung, Indonesia telah melakukan perbaikan-perbaikan meski di tengah pandemi Covid-19. Misalnya saja sektor kegiatan logistik yang tetap diizinkan oleh pemerintah. 

“Banyak negara lain itu on and off dimana pelabuhannya di buka tutup kalau kasus Covid-19 tinggi, tapi kita tidak pernah. Sehingga ini memberikan keuntungan pada space kontainer yang ada di kita,” jelasnya. 

Untuk itu, ALFI pun menghitung berdasarkan kriteria di atas termasuk juga investasi yang gencar dilakukan di masa Covid-19 terutama investasi di wilayah Timur. Sehingga ALFI pun memprediksi biaya logistik turun menjadi 21,3% dari PDB. 

“Apakah penurunan ini sudah cukup? Belum. Kita harus mengejar penurunan hingga 17% dari PDB kita sampai 2024. Harapannya perizinan juga akan semakin mudah, investasi makin besar, Covid-19 melandai maka akan memberikan efisiensi lagi pada biaya logistik,” tambah dia. 

Untuk itu ia pun berharap di tahun 2022 biaya logistik akan mengalami penurunan lagi meskipun dalam situasi Covid-19. Sebab di negara lain seperti Singapura mengalami kenaikan biaya logistik. “Ini artinya dapat menjadi kesempatan bagi kita untuk bisa menurunkan biaya logistik,” tutup dia. 

Selanjutnya: Ketua Asosiasi Logitik: Pemberantasan Pungli Harus Konsisten

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×