Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Meski pemerintah melakukan Gerakan Nasional (Gernas) Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sejak tahun 2009, produksi kakao Indonesia sulit untuk meningkat. Pengamat pertanian Bustanul Arifin menghitung, produksi kakao di tahun depan diperkirakan sama dengan tahun ini yakni sekitar 840.000 ton. "Karena Gernas Kakao hanya sekitar 30% dari luas areal kakao," kata Bustanul.
Gernas Kakao ini dibutuhkan lantaran banyak tanaman kakao yang sudah tua, tidak produktif, rusak, dan terkena serangan hama penyakit. Dalam Gernas Kakao yang dicanangkan oleh Kementrian Pertanian menyasar perbaikan tanaman kakao seluas 450.000 hektare (ha). Rinciannya, peremajaan tanaman seluas 70.000 ha, rehabilitasi tanaman seluas 235.000 ha dan kegiatan intensifikasi tanaman seluas 145.000 ha.
Berdasarkan catatan Ditjenbun Kementerian Pertanian bahwa di tahun 2012 dari total luas tanaman kakao yang mencapai 1.732.954 ha sebanyak 172.615 ha Tanaman Tidak Menghasilkan/Tua Rusak (TTM/TR) yang didominasi oleh perkebunan rakyat. Kemudian sebanyak 1.142.302 ha Tanaman Menghasilkan (TM), dan 418.037 ha Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).
Tanaman tersebut rata-rata tersebar di Sulawesi (59,56%), Sumatera (22,24%), Jawa (5,3%), Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali (4,05%), Kalimantan (2,450%), Maluku dan Papua (6,45%).
Zulhefi Sikumbang, Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) pernah memproyeksikan di tahun depan akan ada kenaikan harga jual biji kakao sekitar 5%. Di tahun ini, harga rata-rata biji kakao sebesar Rp 20.000 per kg. Di tahun depan, harga rata-rata biji kakao bisa mencapai Rp 21.000 per kg. Penyebabnya adalah permintaan global dan lokal terhadap biji kakao naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News