Sumber: KONTAN | Editor: Syamsul Azhar
JAKARTA. Berdasarkan perkiraan para pelaku usahanya, tampaknya, konsumsi baja nasional tahun ini akan turun cukup besar. Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia atau Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) menduga, konsumsi baja tahun ini akan anjlok 35% dari tahun lalu, yakni dari 9 juta ton menjadi 5,85 juta ton.
Penyebab penurunan konsumsi tak lain karena dampak krisis ekonomi global. Berbagai sektor penyerap baja seperti proyek infrastruktur, galangan kapal, dan kendaraan bermotor mengurangi pembelian baja. Pasalnya, permintaan terhadap produk mereka juga menurun.
“Pada semester I-2009, konsumsi baja turun drastis. Meski kemudian naik di semester kedua secara bertahap tapi tetap saja konsumsi baja turun,” kata Ketua IISIA Fazwar Bujang, kemarin (1/12).
Fazwar melihat, tahun ini, kondisi industri baja nasional sangat berat. Penurunan konsumsi menyebabkan tingkat pemanfaatan kapasitas produksi (utilisasi) pabrik baja di dalam negeri sepanjang tahun 2009 hanya sekitar 65% atau 4 juta - 5 juta ton.
Sementara itu, baja impor terus merangsek. Dari konsumsi baja nasional yang mencapai 5,85 juta ton itu, baja lokal hanya memasok 4 juta ton. Sisanya, sebanyak bisa 1,9 juta ton dipasok oleh produk impor.
Konsumsi naik di 2010
Kondisi ini kemungkinan akan semakin berat pada tahun 2010. Pasalnya, mulai tahun depan, kerjasama perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) Asean dan FTA Asean-China akan efektif berlaku.
Dengan berlakunya FTA ASEAN-China, tarif bea masuk (BM) baja di Indonesia akan turun dari 5%-12,5% yang berlaku sekarang menjadi 0% sampai sekitar 5%. Fazwar kuatir, rendahnya bea masuk ini kian memicu impor baja asal China. Mungkin, volume impor itu bisa naik dua kali lipat dari tahun ini.
Dampak lainnya, tingkat utilisasi pabrik baja nasional akan turun dari 65% pada tahun ini menjadi lebih rendah lagi. Bahkan, "Produsen-produsen hilir baja juga akan kolaps lebih dulu karena tak mampu bersaing," jelasnya.
Itu sebabnya, dia meminta pemerintah melobi negara-negara ASEAN dan China untuk menunda pemberlakuan FTA setidaknya untuk satu hingga dua tahun ke depan.
Ironisnya, kata Fazwar, berdasarkan perkiraan IISIA, konsumsi baja tahun depan akan naik 8%-10% dari 2009 ini menjadi 6,43 juta ton. Namun, dengan pemberlakuan FTA tersebut, kenaikan konsumsi ini dipastikan tidak akan dinikmati produsen lokal.
Menteri Perindustrian M.S Hidayat mengatakan bahwa ia akan mengupayakan berbagai cara untuk membantu industri baja. Bentuknya mulai dari proteksi produk lokal melalui penerapan standar hingga penundaan FTA. "Meski sulit, peluangnya ada (penundaan FTA ). Kita akan terus upayakan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News