Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Lotte Mart Indonesia dan PT Lotte Shopping Indonesia tetap optimis menjalani bisnis pada tahun ini. Kendati daya beli mengalami penurunan, namun perusahaan kedua perusahaan di bawah Lotte Group tersebut tetap ekspansif.
Tahun ini, pihaknya akan membangun dua gerai baru dengan investasi mencapai Rp 200 miliar. Pada semester I, perusahaan sudah membangun satu gerai ritel baru di Surabaya. Sedangkan pada semester II ini akan kembali dibangun gerai grosir di Lampung.
Adapun saat ini perusahaan memiliki 31 gerai dengan format grosir, 17 dengan format ritel dengan 15 diantaranya merupakan hypermart. Perusahaan terus mencari peluang untuk melakukan ekspansi usaha ke depannya.
"Lotte grosir kami canangkan pertumbuhan 8-10%, ritel itu sekitar 12-13% tetapi kayaknya berat. Ekspansi ritel (semester II) tidak ada karena baru buka satu. Untuk yang grosir kami akan buka satu lagi di Lampung," ujarnya di Jakarta, Rabu (19/7).
Kendati memiliki target penjualan yang cukup optimis, dirinya mengaku secara realistis sedikit berat. Namun bukan berarti hal itu sulit dicapai, setidaknya ada tiga cara yang dilakukan perusahaan untuk bisa mencapai target tersebut.
Pertama, bekerjasama dengan perbankan untuk modal ekspansi. Kedua, kompetitif secara harga dan pelayanan. Dan ketiga, menjaga kredibilitas di mata pelanggan dan supplier.
"Tentu kami punya target optimis, tetapi sepertinya kami juga harus sedikit realistis. Pertumbuhan yang diharapkan tentu akan kita usahakan tercapai, tetapi sebagai orang yang realistis agak susah untuk pertumbuhan (di atas nasional)," ujarnya.
Meskipun banyak peritel mengeluhkan penurunan penjualan, namun Lotte Mart mengklaim dengan pencapaian di semester I. Pertumbuhan yang cukup baik itu terutama di sektor grosir, sedangkan sektor ritel masih sedikit tersendat.
Periode puasa dan Lebaran, menurutnya merupakan momentum untuk mengukur pertumbuhan. Sejauh ini, kinerja Lotte Mart dan Lotte Shopping Indonesia masih di atas rerata pertumbuhan nasional.
Pada periode Lebaran dirinya mengatakan masih mengalami pertumbuhan penjualan, namun lebih kecil dibandingkan ekspektasi sebelumnya.
"Kondisi saat ini sangat susah, berdasarkan data Nielsen kami compare pertumbuhan kami (Semester I) dengan total nasional. Kalau lebih tinggi dari total ya saya anggap itu baik," lanjutnya.
Sebagai gambaran, pada puasa dan Lebaran tahun lalu sektor grosir berhasil menggenjot penjualannya menyentuh 9,8% dan sektor ritel berhasil mencapai 12% seiring dengan ekspansi gerai.
Namun dirinya mengatakan bahwa biasanya pada Lebaran penjualan ritel bisa tumbuh 11-12%, namun data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan puasa dan Lebaran tahun ini rerata penjualan hanya 5-6%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News