Reporter: Femi Adi Soempeno, Bloomberg |
JAKARTA. Produsen batubara seperrtinya tidak akan mampu memenuhi target produksi batubara tahun ini karena musim hujan yang menggerojok lebih lama ketimbang biasanya. Dus, produksi batubara tahun ini kemungkinan tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu yang hanya mencapai 300 juta metrik ton. Awalnya, produksi batubara ditargetkan sebesar 320 juta ton.
"Beberapa produsen telah menyatakan force majeure, curah hujan yang tinggi dan cuaca yang akan terus hujan hingga kuartal keempat tahun ini akan mengikis produksi batubara," kata Bob Kamandanu, Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (13/8).
Asal tahu saja, force majeure merupakan klausul yang sah yang memungkinkan perusahaan tidak memenuhi kontrak seperti yang disepakati semula karena hal-hal yang berada diluar kontrol mereka.
Meningkatnya curh hujan di Sumatera, Kalimantan dan sebagian Sulawesi maupun Jawa pada bulan Agustus dan September berpotensi mengganggu pertambangan dan pertanian.Di Indonesia, Kalimantan merupakan wilayah terbesar penghasil batubara.
Bukan hanya batubara saja, tetapi produksi tembaga dan minyak sawit juga diprediksikan akan mengkerut tahun ini karena cuaca yang buruk. "La Nina telah menyebabkan cuaca yang ekstrim; sama dengan apa yang pernah terjadi pada tahun 1998, namun dengan intensitas yang lebih tinggi," kata Soeroso Hadiyanto, Kepala Deputi Klimatologi BMKG.
Soeroso mengatakan, Indonesia pernah sekali mengalami musim panas namun hujan; yang kemudian diikuti dengan musim hujan yang dimulai pada bulan Oktober. Dus, hujan turun sepanjang tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
