kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.098.000   -17.000   -0,80%
  • USD/IDR 16.571   109,00   0,66%
  • IDX 8.008   -16,75   -0,21%
  • KOMPAS100 1.116   -7,41   -0,66%
  • LQ45 809   -5,92   -0,73%
  • ISSI 276   0,10   0,04%
  • IDX30 421   -3,05   -0,72%
  • IDXHIDIV20 483   -7,14   -1,46%
  • IDX80 123   -0,71   -0,57%
  • IDXV30 132   -1,87   -1,40%
  • IDXQ30 134   -2,10   -1,54%

Tak Hanya Hulu, Ekonom: Dekarbonisasi Sektor Migas Perlu Sentuh Hilir


Kamis, 10 November 2022 / 07:00 WIB
Tak Hanya Hulu, Ekonom: Dekarbonisasi Sektor Migas Perlu Sentuh Hilir


Reporter: Filemon Agung | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pengurangan emisi karbon yang dilakukan perusahaan migas di Indonesia dinilai tak sesuai dengan target. Sebab, kontribusi emisi karbon mayoritas berada di sisi hilir, sedangkan dalam cakupan dekarbonisasi perusahaan migas lebih banyak berkutat di sisi hulu.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov mengungkapkan, perusahaan migas di Indonesia lebih banyak melakukan agenda dekarbonisasi di sisi hulu. Padahal, dari sisi ini menyedot investasi besar dengan impact yang tak signifikan.

"Selama ini terkesan, perusahaan migas hanya fokus pada dekarbonisasi di hulu. Captive Area ini relatif lebih mudah dikendalikan oleh internal korporasi, sebagai contoh pemanfaatan Carbon Capture Storage (CCS) atau Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Padahal, komitmen sebenarnya yang paling efektif dalam mendukung target net zero emission ada pada emisi yang dihasilkan dari produk perusahaan," ujar Abra dalam keterangan resmi, Rabu (9/11).

Baca Juga: Dirut Subholding Hulu Pertamina Beberkan Tantangan Produksi Migas pada Lapangan Tua

Abra menjelaskan dalam standar internasional (Green House Gas Protocol) emisi dibagi ke dalam tiga cakupan. Cakupan pertama, emisi yang dihasilkan langsung dari proses produksi BBM. 

Cakupan kedua, emisi yang dihasilkan dari pembelian energi atas produksi BBM. Terakhir, Cakupan ketiga adalah emisi yang dihasilkan dari produk akhir, dalam hal ini emisi dari BBM yang dijual ke masyarakat.

"Artinya, melihat dampak langsung dari pengurangan emisi ini mestinya perusahaan migas bertanggung jawab lebih dalam menggarap transisi energi di scope tiga," lanjut Abra.

Menurut Abra, hasil emisi yang dihasilkan dari sisi hilir jauh lebih banyak. Jika secara business as usual, emisi karbon di sektor transportasi bisa mencapai 1,1 juta ton CO2 pada 2030 mendatang.

"Kalau ini bisa direduksi dan digarap serius justru potensi penurunan emisi karbon terbesar di Indonesia bisa dilakukan," pungkas Abra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×