Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tambang anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID menorehkan kinerja operasional dan keuangan yang beragam hingga kuartal III-2025.
Di tengah dinamika harga komoditas global, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sama-sama mencatat capaian penting di segmen bisnis masing-masing, meski dengan arah kinerja yang berbeda.
Harga komoditas mempengaruhi kinerja masing-masing emiten tambang tersebut.
Laba Antam Melejit 197%
ANTM menjadi penopang utama kinerja grup tambang BUMN dengan pertumbuhan laba paling signifikan. Hingga September 2025, Antam membukukan laba bersih sebesar Rp 6,61 triliun, melonjak 197% year on year (yoy) dari Rp 2,23 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan laba seiring kenaikan pendapatan ANTM sebesar 67% yoy menjadi Rp 72,03 triliun di kuartal III 2025, ditopang kontribusi besar dari segmen emas, nikel, dan bauksit.
Baca Juga: Dorong Hilirisasi, Aneka Tambang (ANTM) Bangun Fasilitas Manufaktur Logam Mulia
EBITDA Antam juga meningkat 137% yoy menjadi Rp 9,33 triliun. Pertumbuhan laba kotor tercatat 168% yoy menjadi Rp 10,98 triliun, sedangkan laba usaha melesat 323% yoy ke Rp 7,89 triliun. Efisiensi turut mendukung, dengan beban keuangan turun 41% yoy menjadi Rp103,68 miliar.
Dari sisi operasional, penjualan emas naik 64% yoy menjadi Rp58,67 triliun dengan volume penjualan 34.164 kilogram (kg), setara 1,1 juta ons troi. Segmen emas masih menjadi kontributor utama, sekitar 81% dari total pendapatan. Produksi emas mencapai 590 kg.
Segmen nikel berkontribusi 15% atau Rp11,15 triliun, tumbuh 83% yoy. Produksi bijih nikel naik 72% yoy menjadi 12,55 juta wet metric ton (wmt), sementara penjualan melonjak 97% yoy ke 11,23 juta wmt. Untuk feronikel, produksi tercatat 13.309 ton nikel (TNi) dan penjualan 8.182 TNi.
Adapun segmen bauksit dan alumina menyumbang 3% pendapatan atau Rp1,95 triliun, naik 68% yoy. Produksi bauksit meningkat 263% yoy menjadi 2,31 juta wmt, dan penjualan bauksit melonjak 1.033% yoy menjadi 1,10 juta wmt.
Direktur Utama Aneka Tambang Achmad Ardianto menyampaikan, capaian kinerja yang solid ini mencerminkan kekuatan fundamental ANTM dan menjadi semangat seluruh insan ANTM dalam bertransformasi menuju bisnis yang berkelanjutan.
“Capaian ini juga merefleksikan efektivitas strategi pengelolaan biaya dan optimalisasi nilai tambah produk yang dijalankan perusahaan,” ujar dia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Minggu (2/11/2025).
Baca Juga: Penjualan Emas Antam (ANTM) Capai 34.164 Kg Hingga Kuartal III-2025
PTBA Tertekan Harga Batubara
Berbeda dengan Antam, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menghadapi tekanan di sisi laba bersih akibat pelemahan harga batubara global. Meski pendapatan tumbuh 2% yoy menjadi Rp 31,33 triliun, laba bersih PTBA anjlok 56,25% yoy menjadi Rp 1,4 triliun di kuartal III 2025 dari Rp 3,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Volume produksi PTBA naik 9% yoy menjadi 35,9 juta ton, sementara penjualan batubara naik 8% yoy ke 33,7 juta ton, dengan komposisi 56% untuk pasar domestik. Namun, rata-rata harga jual turun 6% yoy karena Newcastle Index dan ICI-3 masing-masing melemah 22% dan 16%.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Catat Volume Produksi Batubara 35,9 Juta Ton per September 2025
Beban pokok pendapatan meningkat 11% yoy menjadi Rp27,8 triliun, seiring kenaikan biaya bahan bakar dan logistik. PTBA juga mencatat kenaikan belanja modal 27% yoy menjadi Rp2,99 triliun, mayoritas untuk proyek transportasi batubara Tanjung Enim–Kramasan.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, di tengah tekanan harga batubara global yang masih menurun sepanjang 2025, PTBA masih mampu mempertahankan kinerja operasional yang solid serta menjaga profitabilitas melalui peningkatan efisiensi biaya dan optimalisasi portofolio pasar domestik.
“Hal ini tercermin dari pertumbuhan volume produksi dan penjualan yang tetap positif, serta realisasi capex yang mendukung keberlanjutan operasi dan proyek logistik strategis,” ujar dia dalam keterbukaan informasi, dikutip Minggu (2/11/2025).
Baca Juga: Soal Proyek Batubara Jadi DME, PTBA Masih Negosiasi dengan Danantara
Laba TINS Ditopang Kenaikan Harga Timah
PT Timah Tbk (TINS) berhasil membukukan laba bersih Rp 602 miliar hingga September 2025, melonjak dua kali lipat dibandingkan semester I-2025. Pendapatan tercatat Rp 6,6 triliun, didukung kenaikan harga logam timah dunia dan efisiensi biaya.
Rata-rata harga timah di London Metal Exchange mencapai US$32.775 per ton, naik 8,8% yoy. Produksi bijih timah mencapai 12.197 ton Sn, sementara produksi logam timah 10.855 ton. Meski produksi menurun akibat faktor cuaca dan tambang ilegal, perseroan tetap menjaga margin lewat efisiensi dan optimalisasi penjualan.
Volume penjualan logam timah mencapai 9.469 ton, mayoritas (93%) untuk ekspor. Rata-rata harga jual mencapai US$33.596 per ton, naik 8% yoy.
Dari sisi neraca, aset naik 7% menjadi Rp13,7 triliun, liabilitas tumbuh 14% ke Rp6,1 triliun, dan ekuitas naik 2% menjadi Rp7,61 triliun.
“Seiring dengan peningkatan produksi dari kuartal ke kuartal, tren kenaikan harga logam timah global, serta dukungan pemerintah dalam perbaikan tata kelola pertambangan timah, Perseroan berhasil membukukan laba bersih sembilan bulan 2025 sebesar Rp602 miliar, atau dua kali lipat dari capaian semester I 2025,” ujar Fina Eliani, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS dalam keterangan resmi, Jumat (31/10/2025).
Baca Juga: Laba Bersih PT Timah Tbk (TINS) Capai Rp 602 Miliar hingga Kuartal III-2025
Kinerja INCO Membaik
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat kinerja operasional yang membaik, seiring peningkatan produksi nikel matte dan dimulainya penjualan bijih saprolit dari proyek Bahodopi.
Produksi nikel matte mencapai 19.391 ton pada kuartal III-2025, naik 4% dibanding kuartal sebelumnya. Sepanjang Januari–September 2025, total produksi mencapai 54.975 ton, naik 4% yoy.
Pendapatan kuartal III-2025 tercatat US$278,6 juta, meningkat 27% dibanding kuartal sebelumnya, meski secara tahunan pendapatan sembilan bulan sedikit turun 0,45% yoy menjadi US$705,4 juta.
EBITDA INCO melonjak ke US$74,6 juta dari US$40 juta pada kuartal II-2025, sedangkan laba bersih naik menjadi US$27,2 juta dari US$3,5 juta. Biaya kas per ton nikel matte turun menjadi US$9.304 dari US$9.384 per ton.
Baca Juga: Gandeng GEM Co Ltd, Danantara Resmi Masuk Proyek Smelter INCO Senilai Rp 23,2 Triliun
Direktur Keuangan Vale Indonesia Rizky Putra menilai peningkatan profitabilitas ini mencerminkan pengendalian biaya yang disiplin dan kontribusi positif dari operasi Bahodopi.
“Kami tetap fokus pada keunggulan operasional, keselamatan, dan kontribusi berkelanjutan terhadap pertumbuhan Indonesia,” ujar dia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Minggu (2/11/2025).
Sepanjang sembilan bulan 2025, belanja modal INCO mencapai US$331,4 juta, meningkat dari US$200,9 juta tahun lalu, sejalan dengan percepatan proyek Bahodopi dan Pomalaa.
Secara keseluruhan, kinerja grup MIND ID hingga kuartal III-2025 menunjukkan daya tahan sektor pertambangan nasional di tengah fluktuasi harga global.
Antam menjadi motor pertumbuhan laba, PTBA fokus menjaga efisiensi di tengah harga batubara yang melemah. PT Timah memanfaatkan momentum kenaikan harga logam. Sementara INCO menunjukkan peningkatan produksi nikel sebagai fondasi pertumbuhan jangka panjang.
Baca Juga: Cek Daftar Lengkap Direksi Terbaru Vale Indonesia (INCO)
Selanjutnya: Bisnis Maskapai Menanti Momen Nataru
Menarik Dibaca: Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Ini Jadwal dan Lokasi Pemakamannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













