kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tambah enam Dreamliners 787, Qantas bakal tinggalkan Boeing 747


Rabu, 02 Mei 2018 / 17:48 WIB
Tambah enam Dreamliners 787, Qantas bakal tinggalkan Boeing 747


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Qantas mengumumkan pemesanan enam tambahan pesawat Boeing 787-9 untuk melengkapi jaringan internasionalnya pada Rabu (2/5). Penambahan ini menjadikan jumlah armada Dreamliners Qantas pada tahun 2020 mencapai 14 buah.

Kedatangan pesawat baru ini akan mempercepat proses penghentian penggunaan Boeing 747 terakhir Qantas, sebuah tipe pesawat yang telah menjadi bagian dari armada sejak tahun 1971.

Alan Joyce, Qantas Group Chief Executive Officer mengatakan, pengumuman ini menjadi salah satu momen penting bagi maskapai nasional Australia tersebut. Momentum ini telah menjadi akhir dari satu era dan awal dari era berikutnya.

Selama 40 tahun Boeing 747 telah menjadi tulang punggung perusahaan, bersama dengan pesawat Boeing lain yang pernah dimiliki perusahaan. Penarikan penggunaan Boeing 747 ini akan bersamaan dengan perayaan ulang tahun Qantas ke-100 di tahun 2020.

“Selama bertahun-tahun, Qantas terus memperbarui 747 yang dimiliki agar dapat terbang lebih jauh serta memberikan kenyamanan dan fasilitas lebih pada penumpang. Dan sekarang, tugas tersebut akan digantikan oleh Dreamliners," ujar Joyce dalam siaran pers, Rabu (2/5).

Penggunaan pesawat 787 Dreamliners akan memberikan keuntungan ekonomi lebih banyak dan memungkinkan perusahaan untuk menjangkau jarak yang lebih jauh lagi, seperti rute baru Perth menuju London yang baru saja beroperasi. Selain itu, penambahan armada Dreamliners akan memungkinkan perusahaan untuk menjangkau lebih banyak destinasi di Amerika, Asia, Afrika Selatan, dan Eropa.

“Di akhir 2020 kami akan mengucapkan selamat tinggal pada pesawat 747, menyelesaikan proses peningkatan mutu pada seluruh pesawat A380 yang kami miliki, dan menyambut kedatangan keempat belas pesawat 787. Utamanya, kami ingin memberikan lebih banyak pelayanan kepada para konsumen serta menciptakan kesempatan baru yang menarik bagi seluruh karyawan,” lanjut Joyce.

Qantas juga berharap dapat menambahkan investasi dalam bentuk pembelian simulator 787, untuk melatih para pilot baru agar dapat lebih andal dalam mengoperasikan pesawat baru tersebut. Hal ini dilakukan seiring dengan pembukaan Qantas Group Pilot Academy pada tahun 2019.

Interior dari 787 baru ini akan memiliki konfigurasi sama dengan pesawat yang telah ada. Meski memiliki kursi dengan jumlah lebih sedikit dari 747 dari 236 kursi berbanding 364 kursi, tapi Dreamliners yang dimiliki Qantas mampu menyediakan lebih banyak tempat duduk bagi kelas Bisnis dan Ekonomi Premium.

Namun pengurangan biaya perawatan untuk 787, ditambah dengan efisiensi dan pengurangan pembatasan muatan pada rute jarak jauh membuat pengurangan kapasitas tempat duduk tidak akan memberikan dampak signifikan. Apalagi dengan efisiensi bahan bakar Dreamliner yang 20% lebih baik dari pesawat sejenisnya.

Saat ini, Qantas telah memiliki empat pesawat 787-9, sementara empat pesawat tambahan akan tiba pada akhir 2018. Dan antara akhir 2019 hingga akhir 2020, Qantas akan menerima pengiriman enam pesawat 787-9 tambahan.

Terakhir kali Qantas menerima pengiriman pesawat 747 dari Boeing adalah pada tahun 2003. Dan setelah 17 tahun masa operasi, antara Juli 2018 hingga akhir 2020, secara bertahap Qantas akan menghentikan penggunaan ke-10 pesawat 747-400 terakhirnya.

Asal tahu saja, total pendapatan secara keseluruhan Qantas selama periode tiga bulan pertama di tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 7,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, dan mencapai angka A$ 4,25 miliar.

Alan menyampaikan bahwa performa di kuarter tiga mampu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk terus meningkatkan penjualan dan berinvestasi, di luar adanya peningkatan harga bahan bakar pesawat yang juga harus dihadapi oleh maskapai lain.

“Kami optimis dapat mencatatkan rekor baru pada laporan keuangan akhir tahun nanti, meski pada full year 2018 kami juga harus berhadapan dengan peningkatan pembayaran bahan bakar sebanyak A$ 200 juta,” tambah Joyce.

Ini semua dicapai berkat investasi berkala untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Peningkatan mutu pada interior pesawat dan lounge, peluncuran Wi-Fi bebas biaya, dan perubahan jaringan rute penerbangan adalah alasan mengapa Qantas dan Jetstar mampu menjadi pemimpin pasar.

“Performa bagus ini membuat kami dapat kembali berinvestasi dengan membeli Dreamliners, yang jauh lebih efisien dari 747 lama serta mampu memberikan pengalaman terbang yang lebih baik bagi para konsumen. Selain itu, pembelian Dreamliners juga mampu memberikan pilihan jaringan penerbangan yang lebih luas, yang merupakan kunci kesuksesan kami di masa depan,” tutup Joyce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×