kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tantangan pengembang masih berat dalam bangun rumah subsidi


Jumat, 20 April 2018 / 19:11 WIB
Tantangan pengembang masih berat dalam bangun rumah subsidi
ILUSTRASI. Proyek pembangunan rumah bersubsidi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pengembang masih menghadapi banyak tantangan dalam mendukung pemerintah merealisasikan program sejuta rumah. Hambatan utama yang paling dikeluhkan adalah tingginya kredit konstruksi untuk pengembang rumah subsidi dan rumitnya perizinan di tingkat daerah.

Oleh karena itu, pengembang yang tergabung dalam Real Estate Indonesia (REI) dan Asosiasi Pengembang dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) meminta agar pemerintah memberikan insentif bagi pengembang rumah subdisi.

Ketua Umum DPP REI Soelaeman Soemawinata mengatakan, bunga kredit konstruksi yang dikenakan untuk pengembang rumah subsidi jauh lebih tinggi dari pengembang rumah komersial. Saat ini bunga bisa mencapai sekitar 12%-13%. "Padahal rumah yang mereka jual dipatok harus murah tapi beban bunya pembiayaannya justru paling tinggi," kata pria yang akrab disapa Eman itu, Kamis (19/4).

Sementara sebagian besar subsidi yang diberikan pemerintah pemerintah selama ini dalam pengembangan rumah subsidi hanya untuk konsumen. Pengembang hanya mendapatkan subsidi PPh 1%.

Menurut Eman, pemerintah perlu melakukan keberpihakan kepada pengembang dengan memberikan insentif penurunan bunga kredit konstruksi. Setidaknya, bunga yang dibebankan pada pengembang rumah subsidi sama dengan yang diterima pengembang komersial.

Saat ini sebetulnya sudah ada 4.000 pengembang rumah subsidi yang ada di Indonesia. Tetapi dengan tantangan yang ada tadi, pengembang dengan jumlah yang cukup banyak itu rupanya tidak cukup untuk bisa mencapai program sejuta rumah. "Penurunan bunga kredit konstruksi ini sangat dibutuhkan agar pengembang semakin kuat membangun rumah subsidi. Tidak seperti sekarang kalau cash flow sedikit goyang, mereka langsung bertumbangan," jelas Eman.

Ketua Umum DPP Apersi Junaidi menambahkan, komitmen pemerintah daerah belum jelas dalam menyelenggarakan program pemerintah. Meskipun pemerintah pusat sudah mengeluarkan banyak paket kebijakan untuk mempermudah perizinan, namun belum diikuti di tingkat daerah.

"Perizinan masih susah di daerah. Padahal harga rumah subsidi sudah dibatasi, kalau masih diberatkan dengan rumitnya perizinan akan susah mengujudkan program sejuta rumah ini," kata Junaidi.

Sementara Direktur Commercial Banking BTN, Oni Febriarto Rahardjo mengatakan, pihaknya sudah menurunkan bunga kredit konstruksi untuk pengembang rumah subsidi guna mendukung program pemerintah. 

Sejak Februari 2018 lalu, BTN telah menurunkan bunga kredit konstruksi di segmen ini dari 13% menjadi 9,75%. "Sementara bunga kredit konstuksi untuk pengembang komersial sekitar 11,5% saat ini," ungkap Oni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×