Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) merevisi target swasembada gula pada 2014 menjadi 3,1 juta ton. Itu artinya, terjadi pemangkasan sebanyak 2,6 juta ton atau 45,6% dari target yang ditetapkan sebelumnya.
Semula Kemtan menetapkan target swasembada gula pada 2014 sebesar 5,7 juta ton. Jumlah itu terdiri dari, 2,96 juta ton gula kristal putih (GKP) dan 2,74 juta ton gula kristal rafinasi (GKR).
Namun, setelah dihitung ulang, pemerintah menetapkan target baru, yaitu hanya sebesar 3,1 juta ton, yang terdiri dari GKP dan GKR. Sementara itu, produksi gula tahun ini diproyeksikan sebesar 2,6 juta ton, dan tahun depan mencapai 2,8 juta ton.
"Untuk gula konsumsi di 2014, kita sudah swasembada, tetapi untuk gula industri belum swasembada," ungkap Direktur Jenderal Perkebunan, Gamal Nasir, Selasa (18/9).
Gamal mengakui, angka revisi target swasembada gula cukup jauh dibandingkan target awal. Pasalnya, ketika membuat road map target swasembada gula 2009-2014, Kemtan memperhitungkan ada tambahan lahan dan revitalisasi pabrik.
Masalahnya, hingga saat ini, belum ada tambahan lahan dan revitalisasi pabrik gula juga belum berjalan. "Sulit menemukan lahan yang cocok karena tebu itu tanaman spesifik dan harus cocok. Kalaupun ada tambahan lahan hanya 5.000-6.000 hektare. Jumlahnya kecil dan tidak mencukupi," jelas Gamal.
Nah, untuk mengejar target baru swasembada gula sebesar 3,1 juta ton di 2014, Kemtan akan melakukan penanaman benih tebu baru. Pada 2013, direncanakan kegiatan tanam benih ini mencapai lahan seluas 36.000 ha.
Tahun berikutnya, untuk lahan seluas 50.000 ha. "Benihnya sedang dikoordinasikan dari P3GI dan PTPN," ujar Gamal. Untuk penanaman benih baru ini, Kemtan telah menyiapkan dana berkisar Rp 300 miliar-Rp 400 miliar.
Namun, Ketua Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (FP2SB) Ahmad Manggabarani menilai, penanaman benih baru tidak banyak membantu untuk swasembada gula.
Menurutnya, kunci penting mendukung swasembada gula adalah penambahan lahan baru sedikitnya 350.000 ha. "Tingkat rendemen tebu juga harus meningkat rata-rata dari 7% menjadi 10%," ungkapnya. Selain itu, harus ada anggaran sebagai stimulan bagi petani tebu supaya lahan yang ada tidak beralih fungsi ke komoditas lain.
Tahun ini, Kemtan mendapat anggaran Rp 17,8 triliun. Dari jumlah itu, Ditjen Perkebunan hanya mendapat jatah Rp 1,77 triliun. Anggaran ini lebih rendah dari anggaran Badan Penelitian dan Pengembangan Kemtan sebesar Rp 1,8 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News