kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.445   1,00   0,01%
  • IDX 7.886   84,28   1,08%
  • KOMPAS100 1.105   15,66   1,44%
  • LQ45 799   5,45   0,69%
  • ISSI 270   3,79   1,42%
  • IDX30 414   3,13   0,76%
  • IDXHIDIV20 481   3,65   0,76%
  • IDX80 121   0,81   0,67%
  • IDXV30 133   1,45   1,10%
  • IDXQ30 134   1,23   0,93%

Tarif Tinggi AS Tekan Ekspor Udang, Indonesia Andalkan Pasar Alternatif


Rabu, 03 September 2025 / 17:40 WIB
Tarif Tinggi AS Tekan Ekspor Udang, Indonesia Andalkan Pasar Alternatif
ILUSTRASI. Kebijakan tarif 19% yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) sebulan terakhir mulai dirasakan dampaknya oleh eksportir udang nasional.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan tarif 19% yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) sebulan terakhir mulai dirasakan dampaknya oleh eksportir udang nasional. 

Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI) Andi Tamsil mengatakan, tambahan bea masuk membuat sejumlah importir di AS melakukan negosiasi ulang harga karena margin mereka semakin tertekan.

“Sejak tarif baru berlaku, memang ada perlambatan permintaan, terutama untuk produk dengan margin tipis. Produk komoditas seperti headless shell-on (HLSO) dan peeled yang sangat sensitif terhadap harga menjadi yang paling rentan. Sementara produk value added dengan diferensiasi lebih tinggi masih relatif bertahan,” kata Andi kepada Kontan, Rabu (3/9/2025).

Baca Juga: Ekspor Udang RI ke AS Diduga Tercemar Radioaktif, Buyer Global Mulai Ragu

Meski tertekan, Indonesia tidak sendirian menghadapi tarif tinggi. Negara pesaing seperti India dan Vietnam juga terkena bea masuk lebih besar, sehingga hanya Ekuador yang masih unggul dari sisi harga. 

"Kalau bicara daya saing, tarif baru ini memang membuat posisi Indonesia relatif kurang kompetitif dibandingkan Ekuador, yang sejak awal sudah lebih efisien. Tapi kita tetap lebih baik dibanding India dan Vietnam,” ujar Andi.

Untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS, eksportir udang mulai memperkuat penetrasi ke negara lain. 

"Banyak eksportir sudah mengeksplorasi pasar alternatif, terutama China, Jepang, dan Uni Eropa yang permintaannya relatif stabil dan lebih menghargai aspek kualitas serta keberlanjutan. Diversifikasi ini penting agar ekspor kita tidak bergantung pada satu pasar,” ungkap Andi.

Ke depan, Andi bilang, industri udang Indonesia harus memperkuat daya saing melalui efisiensi dan diferensiasi. 

"Keunggulan kita bisa dibangun dari kualitas, keberlanjutan, traceability, dan climate-smart aquaculture. Dengan strategi itu, meskipun jangka pendek tarif ini memberi tekanan, kami yakin industri udang Indonesia tetap mampu menjaga posisinya di pasar global,” imbuhnya.

Baca Juga: Udang Beku Asal Indonesia yang Dijual di AS Diduga Terkontaminasi Radioaktif

Selanjutnya: Pastikan Tidak ada Perubahan Agenda, Telkom (TLKM) Tunda RUPSLB Hari Ini (3/9)

Menarik Dibaca: 15 Rekomendasi Makanan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi secara Alami Menurut Ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×